Bahkan, Sukarno yang saat itu memiliki hubungan baik dengan Rusia (saat itu disebut Uni Sovyet), meminta para insinyur dan ahli konstruksi sipil asal negara tersebut untuk turut membantu pembangunan jalan tersebut. Rusia yang dikenal dengan ketahanannya pun membangun jalan tersebut, dibantu oleh tenaga dari masyarakat sekitar.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembangunan jalan itu dikeruknya gambutnya, terus dikasih batu dari bukit Tangkiling itu, sampai didinamit. Kan batunya itu keras sekali," kata putri sulung Tjilik Riwut, Emiliana Enon Heryani, kepada detikFinance, saat ditemui di Palangka Raya, Rabu (13/7/2017).
![]() |
Enon sendiri menjadi saksi sejarah pembangunan Jalan Tjilik Riwut yang dulunya dikenal dengan nama Jalan Rusia tersebut. Ia menuturkan, saat itu, tiap sore dirinya melihat pembangunan jalan Rusia tersebut.
Pengerjaannya dilakukan oleh masyarakat, sementara insinyur-insinyur asal Rusia dan beberapa insinyur Indonesia yang disebut ProJaka menjadi tenaga ahlinya. Meski dibangun pada era Presiden Sukarno, kondisi jalan hingga saat ini relatif masih sangat baik dan mulus.
![]() |
![]() |
"Jadi saya kadang-kadang melihat jalan itu dari rumah ini sampai ke Tengkiling itu enggak gonjang-ganjing gitu. Karena kan digali lumpurnya. Dikasih batu. Jadi kuat. Gambutnya dikeruk," ungkap Enon.
Jalan tersebut pun dibangun dengan ukuran relatif besar yakni 3 lajur setiap arah. Pembangunan jalan yang baru berjalan sampai 35 km ini terpaksa dihentikan karena ada pergantian pemerintahan. Jaringan jalan tersebut akhirnya hanya mampu menghubungkan Kota Palangka Raya dengan daerah Bukit Tangkiling menuju arah Sampit.
![]() |