Untuk itu, perlu dilakukan perhatian yang lebih detil dalam menjaga inflasi di masyarakat. Menurutnya, Indonesia bisa belajar dari negara yang maju yang kerap memperhatikan hal yang detil, meski kecil namun dapat berpengaruh besar jika dipupuk dari tahun ke tahun.
"Saya perhatikan, kita masih belum cukup menghargai efisiensi yang detil-detil seperti itu. Ah bedanya apa cuma nol koma. Katakanlah kalau kita sebagai pelaku, bisa menurunkan biaya operasional 1% per tahun. Tapi konsisten terus setiap tahun, coba kita hitung dalam 15 tahun, kita bisa turunkan basis harga 15%. Ini angka yang besar," kata Jokowi dalam paparan pada acara Rakornas Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (27/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengendalian inflasi menurutnya tidak bisa dipisahkan dari efisiensi dalam segala hal. Konsistensi ini harus terus bisa dilakukan agar menjadi budaya dan mengubah mental yang selama ini kurang memperhatikan hal yang detil.
"Hal-hal seperti ini yang perlu kita terus lakukan sehingga betul-betul inflasi dalam angka sangat rendah dan kita harapkan ini nantinya bisa di bawah 3%, di bawah 2%, karena itu akan mempengaruhi banyak hal," tutur Jokowi.
"Negara-negara berkembang memang biasanya malas mengursi hal kecil seperti itu. Jadi itulah yang harus menjadi bagian dari etos kerja kita, menghargai hal-hal kecil, menghargai uang yang kecil-kecil. Itu bagian yang sangat penting pada struktur biaya pada perekonomian yaitu cost structure," tukasnya. (wdl/wdl)











































