Pengusaha: Rupiah Nolnya Banyak, Dianggap Perekonomian Belum Bagus

Pengusaha: Rupiah Nolnya Banyak, Dianggap Perekonomian Belum Bagus

Citra Fitri Mardiana - detikFinance
Kamis, 27 Jul 2017 19:05 WIB
Foto: Angga Aliya ZRF
Jakarta - Pemerintah saat ini tengah menggulirkan wacana penyederhanan nominal mata uang (redominasi) saat ini. Rencananya ada tiga nol rupiah yang dihilangkan, atau Rp 1.000 akan diubah menjadi Rp 1.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P. Roeslani, mengaku adanya redenominasi mampu membuat reputasi suatu negara menjadi lebih baik.

"Memang dari Kadin melihat dari segi ini lebih kepada kredibilitas. Kalau nolnya banyak, di luar negeri kredibilitasnya masih dikategorikan perekonomiannya belum bagus gitu," ungkap Rosan, saat ditemui di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Kamis (27/7/2017),

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apalagi menurut Rosan, di banyak negara, redenominasi memang telah sukses dilakukan. Seperti yang telah lebih dulu dilakukan Brasil, Turki, Rumania, Polandia, dan Ukraina. Negara-negara dengan nominal mata uang yang lebih sederhana diakuinya akan mendapat persepsi yang lebih baik dari negara lain.

"Kalau saya sih melihatnya begitu karena memang banyak negara melakukan redenominasi ini. Kalau saya melihat lebih kepada kredibilitas lah. Kalau nolnya banyak kan dilihat ini negara mungkin inflasinya tinggi, persepsi lah dari dunia luar," terangnya.

Kendati demikian, Rosan menyadari, pada penerapan kebijakan ini pun pemerintah harus memperhatikan lebih jauh mengenai dampak yang mungkin timbul di masyarakat. Oleh karena itu Rosan mengaku, perlu adanya edukasi dan sosialisasi yang menyeluruh, sehingga transisi yang terjadi di masyarakat tetap berjalan mulus.

"Jadi kalau saya lihat ini sebetulnya suatu hal yang perlu dilakukan tetapi sosialiasinya itu harus dilakukan secara menyeluruh dan jangan sampai ini juga dijadikan menimbulkan gejolak," ujarnya.

Pasalnya jika tidak, mungkin saja terjadi gejolak seperti kenaikan harga-harga barang, yang terpaksa dibulatkan ke atas oleh oknum-oknum pedagang.

"Tapi juga jangan sampai redenominasi ini dipergunakan juga menjadi kesempatan. Karena angkanya nolnya dihilangin. Jangan sampai harga-harga dilakukan pembulatan ke atas sehingga lebih mahal," jelasnya. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads