Namun, berdasarkan hasil kajian dari PricewaterhouseCoopers (PwC), subsidi sebesar Rp 16 triliun itu bisa saja turun.
"Subsidinya kira-kira Rp 16 triliun dalam 12 tahun. Tapi kelihatannya itu akan turun," kata Budi, saat ditemui di kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Senin (31/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sudah sampaikan, pertumbuhan itu bisa digoyang menjadi 6% sampai 7%. Begitu pertumbuhan 7%, maka subsidi akan turun," paparnya.
Subsidi bisa berkurang dan bahkan hilang kalau tingkat okupansi atau keterisian LRT tinggi, penumpangnya ramai.
"Jadi Rp 16 triliun dalam 12 tahun, dengan asumsi mulai dari penumpang 116 ribu, dengan pertumbuhan 5% dan tarif Rp 12.000. Jadi kalau seumpama pertumbuhan tidak 5% tapi lebih tinggi, ya subsidinya turun," ucapnya.
Selain itu, efisiensi juga bisa diperoleh dengan memperpanjang jalur LRT, tidak hanya sampai Cibubur saja tapi sampai Bogor.
"Yang kedua juga diusulkan oleh KAI, tidak sampai Cibubur saja, tapi sampai Bogor. Dan sampai Bogor ini kita harapkan juga biayanya lebih murah," tutupnya. (mca/wdl)











































