Penjajakan impor daging asal Afsel, kata dia, agar Indonesia tak terlalu bergantung pada pasokan daging dari beberapa negara saja.
"Afsel meminta kita membuka ekspor daging sapi untuk mereka. Sementara ini impor daging beku kita masih banyak dari Australia, kemudian kita buka dari India, kemudian Meksiko, dan Chile," ujar Enggar, sapaan akrabnya, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (31/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harganya (daging sapi Afsel) murah sekali. Di ritel harganya ekuivalen Rp 40.000/kg, saya enggak bisa bilang itu (kualitas) paha depan atau paha belakang, semua paha pokok," jelas Enggar.
Menurutnya, dari sisi stok, negara tersebut juga memiliki sapi yang melimpah. Dia menjelaskan, Afsel sangat berminat mengekspor daging sapi lantaran mereka sangat membutuhkan pasar ekspor non tambang, setelah ekspor komoditas mineral tengah lesu.
"Sangat serius mereka, apa saja mau. Stok mereka 125.000 ton (daging sapi), dan mereka sangat perlu devisa. Kita sambut baik keinginan mereka, karena kita juga mencoba diversifikasi (sumber daging)," kata Enggar.
Sebaliknya, menteri berlatar belakang pengusaha properti ini menuturkan, pihaknya juga tengah mengupayakan membuka lebih banyak ekspor non migas ke Afsel. Tahun lalu ekspor non migas Indonesia ke Afsel tercatat sebesar US$ 727,63 juta yang sebagian besar berupa CPO, perhiasan, otomotif, produk kimia, dan alas kaki.
"Kita switch eskpor ke sana produk kerajinan, tekstil dan bahan tekstil, kita kasih dulu (peluang) ke mereka, baru kita tawarkan apa dulu yang mereka (Afsel) butuh," pungkas Enggar. (idr/hns)











































