Efraim menyampaikan kurangnya 'kehadiran' negara di daerah tempatnya dibesarkan.
"Saya adalah anak petani yang tinggal di daerah perbatasan di Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Tiga bulan sekali orangtua saya di sana panen kelapa dan harganya di bawah rata-rata (pasar)," kata Efraim ke Mentan Amran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jawabannya tiga, kerja, kerja dan kerja. Kalau harga kelapa Rp 5.000 per buah maka panenlah 5 per juta buah maka jadi Rp 5 miliar. Ya kan?" ujar Andi kepada Efraim yang disambut tepuk tangan peserta kuliah umum.
Kemudian Amran bertanya siapa Bupati Kabupaten Talaud, dan dijawab Efraim, Sri Wahyuni Maria Manalip. Amran menjanjikan bantuan bibit unggul kelapa untuk Kabupaten Talaud namun ada syarat.
"Pokoknya kamu mendampingi Bupati ke Jakarta. Tiketnya kamu biar sama Kementan yang bayar. Kalau Bupatinya datang tanpa kamu, ya tidak ketemu saya, ketemu Pak Dirjen. Kalau sama kamu mendampingi Bupati, ya ketemu saya," ucap Amran.
Hal ini lalu membuat Efraim tersenyum lebar dan langsung meninggalkan nomor teleponnya kepada salah satu Dirjen Kementan. Amran juga bercanda meminta Dirjennya membawa Efraim jalan-jalan ke Jakarta.
"Kasih nomornya ke Pak Dirjen, ajak jalan-jalan dia ke Jakarta," Amran. (vid/hns)











































