Umiyani, peternak bebek di Desa Ulee Reuleng, Dewantara, Aceh Utara mengatakan ternak bebek ditempatnya itu setiap hari menghasilkan ribuan butir telur.
Telur itu biasanya diasinkan, namun sejak sebulan terakhir dirinya malah menjual telur mentah begitu saja. Sebab, tak ada garam untuk mengasinkan telur bebek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Umi berharap, pemerintah harus sigap dalam menanggapi isu kelangkaan garam. Hal ini dapat memberikan dampak bagi para pelaku usaha kecil menengah dalam mengembangkan usahanya.
Omzet turun
Sementara itu, Ruwida, pengusaha telur asin di Desa Geelumpang Sulu Timu, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, Aceh, mengeluh omzet telur asin turun
"Mau bagaimana lagi. Omzet sekarang ini turun drastis. Gara-gara garam langka dan harganya cukup mahal. Kalau harga telur asin ikut mahal, pastinya tidak ada yang mau beli," kata Ruwaida, kepada detikcom, Senin (7/8/2017) sore.
Ida sapaan akrabnya menyebutkan selama ini dia mendapatkan keuntungan yang lumayan dari hasil penjualan telur yang sudah diasinin.Tapi, sekarang malah omzetnya itu malah menurun drastis.
![]() |
"Biasanya sewaktu harga garam stabil telur yang sudah saya asinin terjual Rp2.200 hingga Rp 2000 per butir. Sekarang waktu garam naik segitu juga. Nah, pastinya keuntungan saya sangat kecil. Kalau mau naikkan harganya, nanti orang tidak mau membeli atau memesan lagi. Terpaksa menjual segitu," kata Ida.
Ida menuturkan sekali memesan garam untuk memproduksi telur asin sampai 20 hingga 30 sak. Satu sak nya itu beratnya 10 Kg. Sebelum naik, harganya Rp 30.000 sekarang naik mencapai Rp 75.000.
Selain mahal, garam-garam itu sangat langka di pasaran. Kalaupun ada, harus memesan jauh-jauh hari dari penjualnya di Kota Lhokseumawe.
![]() |
"Telur ditempat saya hampir 2.000 butir. 120 butir itu membutuhkan 10 Kg garam. Garamnya pun tidak bisa sembarangan. Nah, kalau ribuan butir tentunya harus ada puluhan kilo garam. Inilah kendalanya saat ini bagi saya," tambah Ida.
Ida menambahkan, meski harga garam naik, usahanya yang telah bertahun-tahun ada itu tetap terus dijalankan walau harus mendapatkan keuntungan secukupnya saja.
"Ya. Terus saja saya produksi. Supaya pelanggan yang sudah tetap pesan. Rezeki pasti ada walau sekedar," pungkas Ida. (hns/hns)