Namun PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan kelompok usahanya tidak sependapat konsumsi masyarakat sedang turun. Sebab, perusahaan masih merasakan kenaikan kinerja keuangan.
Direktur Utama Bogasari, Frangky Welirang, mengatakan hal itu bisa dianalisis dari penjualan terigu dari perseroan. Menurutnya memang ada pergeseran dari penjualan terigu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada usaha-usaha kecil yang tutup, betul. Pengusaha roti yang kelasnya harga Rp 500 sampai Rp 1.000 itu tutup. Kenapa ternyata konsumennya lebih memilih makan mie. Jadi pengusaha kecil mie tumbuh," terangnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (9/8/2017).
Selain itu, Franky mengaku juga mengecek pengusaha roti kelas menengah dengan harga produk kisaran Rp 1.500-2.500. Ternyata mereka cukup tumbuh usahanya.
"Pas kita tanya ternyata konsumennya banyak kaum millennial. Jadi ada perubahan dan peralihan preferensi konsumen itu terjadi di pasar. Kami melihat itu di UKM kami," tambahnya.
Selain itu, Franky juga melihat penurunan konsumsi masyarakat lantaran adanya pergeseran waktu masa Lebaran yang maju dari Juli ke Juni. Hal itu membuat konsumsi masyarakat sehari-hari lebih rendah karena jumlah hari libur yang lebih panjang.
"Di Juni itu 15 hari saja masa kerjanya. Jadi berbeda dong Juni tahun lalu dengan sekarang. Seolah-olah turun enggak betul juga. Harus dilihat lebih teliti, harus dilihat secara harian juga," imbuhnya.
Sementara menurut Direktur Indofood, Werianty Setiawan, memang PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mencatatkan penjualan bersih di semester I hanya tumbuh 1,6% menjadi Rp 18,46 triliun. Namun jika dilihat dari penjualan harian meningkat lebih tinggi.
"Kalau dibanding tahun lalu penjualan perhari kita tumbuh 7%. Jadi kondisinya yang kami alami tidak seburuk apa yang banyak orang khawatirkan. Tentunya ada deselarasi dari tahun lalu penjualan perhari tumbuhnya 10%. Tapi 7% masih cukup baik. Kita masih optimistis, kita akan terus invest di capex untuk tambah kapasitas," pungkasnya. (ang/ang)