Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro, berpendapat bahwa kemungkinan terjadi pergeseran, masyarakat kini lebih banyak berbelanja di toko online.
Fenomena tutupnya pusat belanja juga terjadi di negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS). Di AS, sekarang banyak gerai retail yang tutup, termasuk hypermart. Tapi itu bukan karena daya beli turun, melainkan karena masyarakatnya lebih suka belanja online. Kemungkinan di Indonesia juga begitu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Bambang, data konsumsi masyarakat harus dibuat lebih valid. Bisa jadi daya beli masyarakat tidak turun, hanya pola konsumsinya saja yang bergeser ke online. Ini perlu penelitian lebih lanjut. Cara BPS mengumpulkan data dan membuat statistik perlu disesuaikan agar transaksi online juga dapat dihitung.
"Di situlah tentunya kita harus benar-benar menyikapi. Mungkin ada penurunan daya beli, kita tidak bisa pungkiri kalau konsumsi turun. Pertanyaannya sekarang BPS sudah menangkap belum semua transaksi konsumsi yang terjadi? Dengan makin besar porsi onlie, tanpa menyalahkan online-nya, tapi kalau BPS masih pakai cara lama dan belum bisa masuk data ke digital tadi, saya khawatirnya belum semua transkasi tertangkap di data statistik," tutupnya. (mca/dna)











































