Selain itu FAO dan Kementan juga akan membangun lumbung pangan di wilayah perbatasan. Sinergi ini melalui Program Upaya Khusus (Upsus) yang didukung oleh model Conservation Agriculture yang tengah diimplementasi FAO untuk menjaga keberlanjutan kesuburan tanah.
"Kemarin konsultan FAO datang ke Kementan, menyampaikan bahwa Program Upsus peningkatan produksi jagung di NTT sangat cocok disinergikan dengan model Conservation Agriculture yang dijalankan FAO. Program Upsus merupakan wadah yang tepat untuk mengimplementasikan model tersebut, sehingga hasilnya dapat dilihat langsung dari pemanfaatan lahan marginal dan besarnya produksi jagung," kata Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur Ani Andayani dalam keterangan tertulis, Rabu (16/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, menurut Ani, sinergi Kementan dengan FAO ini sangat positif untuk penerapan inovasi dan teknologi bagi pelaksanakan Program Upsus, peningkatan produksi jagung di NTT dan NTB. Kedua daerah tersebut memiliki lahan pertanian relatif kurang subur dan banyak memiliki lahan terlantar atau dikenal lahan marginal.
"Karena itu, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Kementan yang bekerja sama langsung dengan FAO dapat sinergikan model Conservation Agriculture untuk pengkayaan inovasi dan teknologi yang dihasilkan, sehingga lahan marginal dapat dimanfaatkan sepenuhnya khususnya untuk menghasilkan jagung menuju swasembada," jelasnya.
Konsultan FAO, Joseph Viandrio mengatakan sinergi model Conservation Agriculture dengan Program Upsus merupakan langkah yang tepat untuk mempercepat pencapaian swasembada jagung.
Ia mengungkapkan Program Upsus khususnya di NTT berhasil meningkatkan pengembangan produksi jagung. Hal ini terlihat dari adanya penambahan luas lahan, bantuan insentif ke petani meningkat yakni berupa benih, pupuk, dan alat mesin pertanian serta perbaikan irigasi.
"Selain itu, sistem dan mekanisme pelaporan Program UPSUS sudah bagus. Dengan sistem dan mekanisme ini, model Conservation Agriculture dapat dengan mudah diimplemetansikan dan diadopsi para petani," ungkap Joseph.
Perlu diketahui, berdasarkan data BPS, realisasi luas tanam jagung di NTT pada musim tanam Oktober hingga Maret 2015/2016 sebesar 289.112 hektare (ha). Kemudian, luas tanam jagung pada musim tanam Oktober hingga Maret 2016/2017 sebesar 324.501 ha.
Realisasi luas tanam Oktober hingga Maret 2016/2017 ini melebihi target yang ditentukan 268.056 ha. Sementara luas lahan jagung NTT sebelum Program UPSuS pada musim tanama Oktober-Maret 2013/2014 hanya 248.979 ha.
Dengan sinerginya model dari FAO itu dapat mendukung Program UPSUS di NTT dan NTB, sebagai langkah maju menuju percepatan swasembadanya. (ega/hns)