Sedangkan di luar Jawa, terutama di daerah pelosok, masih mengandalkan benih produksi sendiri.
"Benih padi kebutuhan sekitar 400 ribu ton. 60-70% menggunakan benih bersertifikat, benih unggul. Kalau di Jawa sudah hampir semua benih unggul. Tapi kalau di luar Jawa di daerah agak terpencil masih menggunakan produksi petani sendiri," jelas Bambang saat dihubungi detikFinance, Senin (21/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan kedelai butuh 35 ribu ton benih unggul, 60% di antaranya sudah terpenuhi,
"Kalau kedelai seperti padi, 60% yang menggunakan benih bersertifikat. Sebagian masih ada yang menggunakan benih mereka sendiri. Karena kedelai ini unik ya, benihnya enggak tahan lama," ujarnya.
Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo, menambahkan sinergi yang dijalin antara Kementerian Pertanian dengan Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI) nantinya akan mampu menjawab dan menyelesaikan permasalahan bibit unggul yang bersertifikat tersebut.
Seluruh petani diharapkan mampu menggunakan bibit unggul bersertifikat, agar hasil produksi pertanian bisa maksimal, dan berdampak pada peningkatan produksi nasional.
"Apakah kita tidak anggap benih penting atau apakah kemampuan kita menyediakan benih ini tidak mampu? Atau kita mampu tapi ada yang menghambat sehingga bibit berkualitas tidak bisa tumbuh. Makanya MPPI yang bisa menjawab. MPPI dan Kementan akan bekerjasama agar serapan benih bersertifikat bisa maksimal," tutur Edhy. (hns/hns)











































