Kontribusi Pertanian ke Pertumbuhan Ekonomi RI

Kontribusi Pertanian ke Pertumbuhan Ekonomi RI

Mega Putra Ratya - detikFinance
Rabu, 23 Agu 2017 22:18 WIB
Mentan Panen Padi di Karawang/Foto: Istimewa/dok Kementan
Jakarta - Pertumbuhan di sektor pertanian tidak lepas dari berbagai program Pemerintah untuk mewujudkan swasembada sejumlah komoditas pertanian strategis. Pemerintah menetapkan visi Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia pada tahun 2045.

"Untuk beras, bawang merah, dan cabai, Indonesia sudah tidak impor sejak tahun lalu. Untuk jagung, hingga saat ini kami belum keluarkan rekomendasi impor, dan bahkan bawang merah, kami balikkan keadaan dengan mengekspor ke Thailand dan direncanakan juga untuk beberapa negara Asia Tenggara," ujar Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam keterangan tertulis, Rabu (23/8/2017).

Berdasarkan peta jalan lumbung pangan dunia, tahun ini Kementan menargetkan swasembada jagung. Selain itu, swasembada bawang putih dan gula konsumsi di 2019.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2020 komoditas yang ditargetkan swasembada adalah kedelai, tahun 2024 gula industri, tahun 2026 daging sapi, dan pada tahun 2045 diharapkan Indonesia sudah menjadi Lumbung Pangan Dunia.

Lebih lanjut, Amran juga menyebutkan Kementerian Pertanian bertekad untuk mengembalikan kejayaan kopi, rempah serta komoditas perkebunan lainnya dan subsektor hortikultura. Untuk itu, Kementan menyiapkan anggaran sebesar Rp 5,5 triliun untuk dua subsektor tersebut.

"Kita optimistis bisa wujudkan. Tahun ini kita mulai kerjakan dengan memberi bantuan paket komplet secara gratis," tegas Amran.

Kinerja ekonomi RI pada triwulan II 2017 berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp 3.366,8 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan II-2017 dibandingkan triwulan II-2016 (y-o-y) tumbuh 5,01%.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), bila dilihat dari sisi produksi, sektor pertanian merupakan sektor kedua yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, setelah industri pengolahan, dan masih di atas sektor perdagangan dan konstruksi.

Untuk triwulan II-2017 ini, sektor pertanian dalam arti luas menyumbang sebanyak 13,92%, sementara pada triwulan-I 2017 kontribusinya 13,59%.

Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi kali ini cukup baik.

"Kita cuma di bawah Cina 6,9 persen. Dengan kondisi ketidakpastian perekonomian global dan penurunan harga komoditas, hasil ini cukup bagus," jelas Suhariyanto.

Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q to q), sektor pertanian menjadi sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 8,44%. Peningkatan ini diperoleh dari naiknya produksi sejumlah komoditas tanaman perkebunan seperti kopi dan tebu serta dari hortikultura. (ega/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads