"Bu Menteri mengingatkan entah yang ke berapa kali supaya akhir 2017 tidak boleh ada atau seminimal mungkin yang masih mengalami kerugian. Kalau tidak mau diajak cepet atau kalau mau jalannya kayak kura-kura ya minggir saja," ujar Sekretaris Kementerian BUMN Imam A. Putro dalam jumpa pers di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa (12/9/2017).
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K Ro menambahkan, BUMN yang baru mengalami kerugian masih dianggap eajar akibat dinamika bisnis. Sedangkan BUMN yang terus merugi perlu didalami lebih lanjut penyebabnya agar bisa kembali bangkit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rini juga sudah meminta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan audit terhadap BUMN yang mengalami kerugian. Jika sulit untuk keluar dari kerugian, maka akan dilakukan restrukturisasi di bawah pengawasan Kedeputian Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN.
"Kami juga ikuti sudah dari semester I ibu (Rini) instruksikan yang sakit-sakit minta BPKP lakukan audit," tutur Aloy.
Hingga semester I-2017, 24 BUMN yang masih rugi adalah:
PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)
Perum Bulog
PT Berdikari (Persero)
PT Indofarma (Persero) Tbk
PT Energy Management Indonesia (Persero)
PT Hotel Indonesia Natour (Persero)
PT Pos Indonesia (Persero)
Perum PFN
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
PT Balai Pustaka (Persero)
PT PAL Indonesia (Persero)
PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero)
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
PT Boma Bisma Indra (Persero)
PT INTI (Persero)
PT Dirgantara Indonesia (Persero)
PT Amarta Karya (Persero)
PT PDI Pulau Batam (Persero)
Perum Damri
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
PT Danareksa (Persero)
PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (Persero)
PT Iglas (Persero)
PT Istaka Karya (Persero) (ara/ang)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 