Kementan Yakin Stok dan Harga Cabai Stabil Jelang Natal dan Tahun Baru

Kementan Yakin Stok dan Harga Cabai Stabil Jelang Natal dan Tahun Baru

Niken Widya Yunita - detikFinance
Senin, 18 Sep 2017 13:59 WIB
Kementan Yakin Stok dan Harga Cabai Stabil Jelang Natal dan Tahun Baru
Cabai (Foto: Citra Fitri Mardiana/detikcom)
Jakarta - Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis bisa menjaga stabilitas stok dan harga komoditas aneka cabai dan bawang merah jelang hari besar Natal 2017 dan Tahun Baru 2018. Sebelumnya pada Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha, tercatat capaian positif.

"Ditjen Hortikultura sudah amankan produksi, bahkan ada indikator surplus. Ini petani champion saya, kita bersama-sama menjaga produksi," ujar Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Spudnik Sujono dalam keterangan tertulis dari Kementan, Senin (18/9/2017).

Untuk cabai rawit, prognosis ketersediaan yakni 78.606 ton pada September 2017. Sedangkan kebutuhannya yakni 73.197 ton. Pada Oktober diprediksi ketersediaan 77.983 ton dan kebutuhan 69.615 ton. Sementara pada November nanti ketersediaan mencapai 77.792 ton dan kebutuhan 69.344 ton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, prognosis cabai besar pada September ini untuk ketersediaan yakni 100.373 ton dan kebutuhan 91.469 ton. Pada Oktober, ketersediaan 100.373 ton dan 91.468 ton kebutuhannya. Sedangkan pada November nanti diperkirakan ketersediaan mencapai 100.464 ton dan kebutuhan 92.340 ton.

Adapun untuk komoditas bawang merah, prakiraan ketersediaan pada September yakni 108.987 ton dan kebutuhannya 100.291 ton. Ketersediaan pada Oktober sekitar 108.987 ton dan kebutuhan 99.374 ton. Kemudian pada November ketersediaan 111.464 ton dan kebutuhan 100.517 ton.

Stok & Harga Cabai Diyakini Stabil Jelang Natal dan Tahun BaruFoto: Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Spudnik Sujono (mengenakan seragam Kementan) (Dok. Kementan)


Spudnik menerangkan, tingginya produksi aneka cabai dan bawang merah tersebut di atas kebutuhan nasional. Karena Ditjen Hortikultura telah melakukan berbagai upaya secara berkesinambungan. Misalnya, menambah luas areal tanam, membentuk petani champion di sejumlah daerah sebagai sentra produksi baru, mengatur pola tanam, pemberian bantuan berupa pupuk dan benih, serta alat dan mesin pertanian (alsintan).

"Saya harus amankan terus manajemen tanam menjadi dasar untuk pastikan suplai pasokan. Kedua, untuk menjamin manajemen tanam, infrastruktur dan sarana prasarana (sapras) dipenuhi. Saya lakukan semua dan tentunya tiap daerah berbeda-beda. Kemampuan kita juga berbeda-beda," paparnya.

Dari aspek harga, kata peraih gelar doktor dari Universitas Brawijaya Malang ini, juga tidak ada kenaikan signifikan di tingkat konsumen. Justru, tren yang terjadi adalah menurunnya harga jual di tingkat petani dalam beberapa bulan terakhir, khususnya komoditas cabai.

Menurut Spudnik, banyak faktor yang mempengaruhi turunnya harga jual di tingkat petani. Penurunan itu antara lain lain karena sudah pendeknya rantai distribusi.

Jaga Kesejahteraan Petani

Karenanya, dalam rangka menjaga kesejahteraan petani melalui perbaikan harga jual, Ditjen Hortikultura sudah menyiapkan rencana jangka pendek dan panjang. Solusi jangka pendek yang diterapkan adalah dua kali bersurat ke Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) agar menyerap produksi petani.

"Surat saya pertama pada 7 September. Surat kedua, baru dikirim 17 September 2017. Intinya sama, meminta (Bulog) segera serap dan lakukan pembelian di sentra-sentra yang harganya tidak tinggi," ungkapnya.

Penugasan kepada Bulog itu sesuai amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 48 Tahun 2016 dan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 27 Tahun 2017.

Cara lain yang ditempuh Ditjen Hortikultura adalah mendorong Toko Tani Indonesia (TTI) untuk segera meningkatkan penjualan cabai petani, berkomunikasi dengan pelaku industri, mendorong peningkatkan pengolahan cabai menjadi produk bernilai tinggi, dan memperpendek rantai pasok dengan menghubungkan pedagang pengecer dan petani produsen.

Sementara itu, solusi jangka panjang yang dilakukan Ditjen Hortikultura adalah sosialisasi teknologi budidaya rendah pestisida atau ramah lingkungan. Hal ini untuk mengurangi biaya produksi hingga 25 persen, menggalakkan mekanisasi pertanian (mektan) agar biaya tenaga kerja turun dan efisiensi sampai 30 persen, membangun mitra kerja sama permanen dengan industri makanan, mendorong disiplin petani dalam penerapan manajemen tanam sepanjang tahun, dan peningkatan kapasitan petani terkait pengolahan hasil panen cabai guna tahan lama dan bernilai jual tinggi.

"Saya juga berharap adanya dukungan daerah, supaya komoditas hortikultura ada kepastian harga. Apalagi di sana kan ada Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)," tutup peraih tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya XX ini. (nwy/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads