Khawatir Soal Rupiah Alasan Perusahaan Ragu Terbitkan Surat Utang

Khawatir Soal Rupiah Alasan Perusahaan Ragu Terbitkan Surat Utang

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 27 Sep 2017 11:20 WIB
Foto: Sylke Febrina Laucereno
Jakarta - Pembangunan infrastruktur Indonesia membutuhkan pendanaan sekitar Rp 5.000 triliun dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN). Penerbitan surat utang atau bond oleh perusahaan bisa menjadi salah satu alternatif pendanaan pembangunan ini meskipun harus mempertimbangkan kondisi nilai tukar.

Demikianlah diungkapkan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Kartika Wirjoatmodjo dalam sambutan pada acara seminar Global IDR Financing for Infrastructure Development, di Hotel Shangrilla, Jakarta, Rabu (27/9/2017).

Indonesia sekarang begitu menarik bagi investor. Surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan dimungkinkan besar laris diburu pemilik modal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Indonesia sebenarnya jadi salah satu negara tujuan investasi, mulai dari bank asing dari Eropa, Jepang, China dan Amerika aktif menawarkan pinjaman ke bank dan korporasi di Indonesia," kata Tiko.

Apalagi perolehan investment grade dari S & P, Moody's dan Fitch Rating bisa membuat Indonesia baik di mata global. Dengan ranking yang baik, maka investor akan merasa nyaman. "Predikat investment grade bisa menjadi sesuatu yang menarik di mata investor asing," ujar dia.

Selain itu faktor bunga yang kompetitif juga jadi salah satu menariknya surat utang di mata investor. Dia mengatakan, saat ini adalah kesempatan yang baik untuk penerbitan surat utang.

"Kami juga memperhatikan regulasi, struktur pendanaan dan risiko yang ada di pasar agar penerbitan bond sesuai dengan ekspektasi," imbuh dia.

Namun Indonesia masih ada risiko pada nilai tukar rupiah. Menurut Tiko memang rupiah masih berfluktuasi, sehingga jika nilai tukar melemah atau menguat maka akan mempengaruhi nilai pinjaman atau utang luar negeri.

"Masih ada fluktuasi nilai tukar rupiah maka currency risk masih tinggi," ujarnya

Perusahaan tentunya tidak bisa menanggung risiko tinggi bisa nilai tukar melemah. Sehingga penerbitan surat utang harus matang, walaupun tawaran awalnya cukup menguntungkan. "Tapi kita juga tidak bisa menanggung risiko kurs yang terlalu tinggi," imbuh dia.

Pergerakan nilai tukar sangat rentan akan ketidakpastian. Sekarang situasi global tidak begitu baik, mulai dari soal perkembangan ekonomi Amerika Serikat (AS), China, Eropa dan Jepang hingga kondisi geopolitik di semenanjung Korea. (mkj/mkj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads