Erupsinya Gunung Bali dipastikan akan mengganggu pasokan makanan, hingga pariwisatanya. Bali sendiri menjadi salah satu gerbang utama masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengaku, erupsi Gunung Agung akan berdampak pada inflasi dan pariwisata di Bali. Namun, dirinya belum mengetahui berapa besar dampaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tergantung semasif apa bencananya. Kalau enggak masif sih enggak terlalu. Kan orang-orang pasti sudah dapat warning dari awal ya. Nanti kita lihat di Oktober," sambung dia.
Khusus untuk pariwisata, Suhariyanto memastikan, kondisinya masih dalam keadaan yang baik. Terbukti dari data wisman yang masuk dari Bandara Ngurah Rai Bali sebanyak 599,8 ribu per Agustus 2017 dari 1,4 juta wisman yang masuk ke Indonesia.
"Nanti kita lihat yah bulan depan. Kalau sekarangkan wisman di Ngurah Rai masih tinggi ya. Kita lihat efeknya. Kemarin ada beberapa yang dicancel tapi kan sudah dibuka lagi kan. Jadi kita lihat lah mudah-mudahan enggak banyak," ungkap dia.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti mengatakan, komoditas seperti beras, sayuran, buah-buahan, atau yang masuk ke dalam kelompok bahan makanan memiliki andil yang cukup besar terhadap inflasi.
Meski demikian, Yunita mengaku, erupsi Gunung Agung di Bali belum memiliki dampak yang cukup besar terhadap inflasi nasional, terlebih lagi survei yang dilakukan hanya di Denpasar dan Singaraja.
"Denpasar tercatat justru deflasi minus 0,33 persen dan Singaraja minus 0,78%. Jadi, belum terlihat dampak dari Gunung Agung terhadap dua kota di Bali ini," jelas Yunita.
Sampai saat ini, pasokan bahan makanan masih dalam kondisi cukup. Namun, dirinya juga meragukan mengenai kondisi di bulan depan. Sebab, jika Gunung Agung meletus dipastikan distribusi terganggu.
"Iya logistik terhambat tapi nanti ya kita lihat di bulan depan, mudah-mudahan tidak terlalu terganggu," tukas dia. (mkj/mkj)











































