Sri Mulyani mengatakan, dalam postur sementara pendapatan negara menjadi Rp 1.894,7 triliun atau Rp 16,3 triliun dari yang sebelumnya Rp 1.878,4 triliun. Begitu juga dengan anggaran belanja negara yang menjadi Rp 2.220,7 triliun atau naik Rp 16,3 triliun dari Rp 2.204,4 triliun.
"Karena ada perubahan kurs dan asumsi," kata Sri Mulyani di Ruang Rapat Banggar DPR, Jakarta, Rabu (4/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan pendapatan negara di postur sementara yang menjadi Rp 1.894,7 triliun, maka penerimaan perpajakan naik Rp 8,7 triliun menjadi Rp 1.618,1 triliun dari yang sebelumnya 1.609,4 triliun. Jika dirinci, terdapat perubahan juga terhadap target penerimaan pajak yang menjadi Rp 1.424 triliun, untuk bea dan cukai tetap Rp 194,1 triliun.
Mengenai belanja subsidi, kata Sri Mulyani dianggarkan menjadi Rp 94,51 triliun atau turun Rp 8,8 triliun dari pagu yang sebesar Rp 103,4 triliun. Dia menyebutkan, terjadi penurunan anggaran subsidi untuk BBM dan elpiji sebesar Rp 4,3 triliun dari Rp 51,1 triliun menjadi Rp 46,9 triliun, begitu juga dengan subsidi listrik yang turun Rp 4,6 triliun menjadi Rp 47,7 triliun dari Rp 52,2 triliun.
Untuk transfer ke daerah dan dana desa juga mengalami perubahan, dalam postur sementara naik Rp 5,1 triliun menjadi Rp 766,2 triliun dari pagu Rp 761,1 triliun. Kenaikan terjadi di dana bagi hasil sebesar Rp 1,5 triliun dan dana alokasi umum yang sebesar Rp 3,4 triliun.
Dengan pendapatan negara Rp 1.894,7 triliun dan belanja negara Rp 2.220,7 triliun, maka keseimbangan primer dalam postur sementara RAPBN 2017 menjadi Rp 87,3 triliun atau naik Rp 9 triliun dari yang sebelumnya Rp 78,4 triliun.
"Namun untuk defisit APBN tetap dijaga di level 2,19%, pembiayaan tidak ada perubahan kecuali SBN neto Rp 200 miliar," ungkap dia.
Berikut pengajuan RAPBN 2018 oleh pemerintah:
Foto: Tim Infografis: Zaki Alfarabi |












































Foto: Tim Infografis: Zaki Alfarabi