Direktur Jenderal Pajak, Ken Dwijugiasteadi menceritakan saat program tersebut berlangsung, dirinya sempat ditelepon oleh ibu-ibu yang menanyakan deklarasi harta suaminya.
"Banyak ibu-ibu telepon saya, menanyakan deklarasi harta suaminya. 'Pak Ken kok harta suami saya segini, kemarin laporan ke saya segini'. Mereka bilang seperti itu," ujar Ken dalam kuliah umum di FISIP UI, Depok, Sabtu, (14/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya saya jawab saja, maaf ya bu saya tidak bisa kasih tahu ibu soal data-data suami ibu karena rahasia. Tapi ibunya malah bilang 'lho bapak belain suami saya, saya mau ke kantor pajak, mau cek' si ibunya maksa saya," kata Ken.
Ken menjelaskan dirinya tetap sesuai dengan aturan. Tidak memberikan informasi apapun kepada orang lain.
Dia mengaku banyak orang yang bertanya soal program tax amnesty sudah lama dibahas tapi baru sekitar 17 tahun kemudian bisa terlaksana.
"Kenapa belasan tahun kemudian baru terlaksana lagi lagi bukan karena saya Dirjennya, 17 tahun itu sama seperti manusia ya, baru dapat KTP. Jadi sama harus dewasa dulu baru jalan. Tapi sekarang Presidennya kita saja yamg berani," imbuh dia.
Menurut dia, berhasilnya tax amnesty juga didorong oleh information technology (IT) yang dimiliki kantor pajak memiliki kualitas baik,
"IT DJP itu sudah diakui di seluruh dunia, kita terbaik Amerika dan Jerman lewat," ujar Ken. (ang/ang)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 