"Karena itu tadi, ekspor kan turun 4,51%, impor turun lebih tajam, jadi ketika impor turun kita lihat masih ada selisih, makanya bisa surplus," kata Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Senin (16/10/2017).
Nilai ekspor pada September yang mencapai US$ 14,54 miliar, meningkat 15,60% jika dibandingkan periode yang sama di 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-September 2017 mencapai US$ 123,36 miliar atau meningkat 17,36% dibanding periode yang sama di 2016, Ekspor non migas mencapai US$ 111,89 miliar atau meningkat 17,27%.
"Peningkatan ekspor non migas tertinggi pada bahan bakar mineral yakni US$ 182,8 juta, lalu bubur kayu/pulp US$ 71,2 juta, sedangkan yang turun tinggi lemak dan minyak hewan nabati, perhiasan/permata, dan pakaian jadi bukan rajutan," ungkap dia.
"Akan beda jika impor naik, kemudian ekspornya turun, sehingga terjadi defisit, kalau ini kan dua-duanya turun tapi impornya lebih curah, makanya bisa lebih surplus," tukas dia. (hns/hns)