Tepatkah kebijakan tersebut? Bagaimana keamanan supir taksi online yang selama ini 'diburu' oleh supir taksi konvensional?
Menurut Pengamat Transportasi Azaz Tigor, hal itu itu sah-sah saja dan memang harus dilakukan bahkan sejak awal. Sebab selama ini memang sulit dibedakan antara taksi online dan mobil pribadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Tigor, jika ingin melakukan bisnis memang satu yang diwajibkan adalah kejelasan identitas. Jika memang terjadi tindakan bentrokan antara taksi online dan konvensional maka itu menjadi urusan Kepolisian.
Namun peraturan kewajiban penggunaan stiker tersebut juga harus dibarengi dengan kebijakan yang mengatur tentang keberadaan taksi online oleh pemerintah. Jika regulasinya jelas Tigor percaya tidak akan terjadi aksi kekerasan.
"Kenapa dia taksi konvensional barbar, karena enggak ada kebijakan yang jelas. Ini karena pemerintah yang melakukan pembiaran. Kalau dari dulu diatur saya rasa tidak (tidak ada masalah). Saya rasa yang bikin kacau bukan masyarakat tapi pemerintah sendiri," tegasnya.
Senada dengannya, Pengamat Transportasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno juga memandang, jika sudah ada pengakuan resmi terhadap taksi online seharusnya kemungkinan bentrokan akan berkurang. Asalkan ada aturan juga terkait kuota, sehingga bisa ada tindakan jika ada pemalsuan stiker.
"Jika ada pemalsuan atau pelanggaran penggunaan stiker dapat ditindak badan usahanya," tukasnya. (dna/dna)











































