Padahal, tujuan penggunaan uang elektronik atau non tunai di tol salah satunya adalah mengurangi antrean kendaraan yang selama ini menumpuk, karena transaksi tunai. Namun, di sejumlah gerbang tol masih ditemui antrean kendaraan yang menumpuk.
"Kami perhatikan beberapa tempat ada penumpukan," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Herry Trisaputra Zuna, saat ditemui di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Senin (23/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di bandara rata-rata alatnya baca dua detik. Secara reader enggak ada masalah di bandara. Kalau di Cileunyi, alatnya yang lama yang sistem tertutup. Tapi itu alat dalam proses penggantian bulan ini, akan digantikan dengan yang baru," tutur Herry.
Hal tersebut diamini oleh Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk, Desi Ariyani. Menurutnya, antrean terjadi tak sepenuhnya lantaran adanya proses transisi perubahan perilaku dari masyarakat, melainkan volume kendaraan di tol yang memang sudah melebih kapasitas seharusnya.
"Antrean itu juga bukan sepenuhnya karena transaksi. Soalnya sebetulnya jalan-jalan tol di Jabodetabek itu juga visi rationya sudah jauh di atas standarnya. Jadi visi ratio itu mungkin 80% volume dibagi kapasitas. Sekarang sudah sangat-sangat tinggi, banyak yang di atas 100%," ungkap Desi.
Untuk mengantisipasi volume kendaraan yang makin banyak itu, dia bilang pihaknya sudah banyak dan terus melakukan upaya agar standar pelayanan minimal (SPM) tol bisa terpenuhi.
"Jadi sekali lagi, antrean di tol bukan semata-mata karena transisi, ini dan sebagainya. Tapi kapasitas dibanding volumenya memang banyak yang tidak memadai. Dan terus menerus dicari berbagai solusi misalnya Karang Tengah dihilangkan, Cibubur. Kalau masih ada tanah, kita perlebar, dan seterusnya. Jadi tidak semata-mata cashless ini menjadi kaitan antara kelambatan transaksi yang membuat antrean," tutup Desi. (eds/wdl)