Di tengah kerumunan pengemudi dan petugas keamanan lak-laki, hadir para driver taksi online dari kalangan kaum hawa yang ikut berpanas-panasan berdemo.
Tak sungkan-sungkan, mereka pun sesekali naik ke atas mobil komando yang menyemangati rekan-rekan sesama pengemudi taksi online. Ada sekitar
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Muhammad Idris - detikFinance |
"Mobil kita beli sendiri, bayar pajak lebih mahal dari angkot, kenapa dipasangi stiker. Dibatasi wilayahnya dong, kalau dari Utara (Jakarta) nanti enggak bisa ke Bogor," ucap Ifa dengan pengeras suara dari atas mobil komando.
Foto: Muhammad Idris - detikFinance |
Wanita yang akrab disapa Emak di dalam komunitas pengemudi taksi online tersebut mengungkapkan, mobil taksi daring yang notabene mobil pribadi ini akan dianggap melakukan pelanggaran jika digunakan ke daerah lain yang tak sesuai dengan stiker.
"Ini kan mobil pribadi juga, kalau dipasang stiker, terus kita mau pakai sebagai mobil keluarga bagaimana? Kami juga keberatan dengan uji KIR yang harus pakai ketrik (mesin mobil digesek), bukan emboss," tutur Ifa yang sudah setahun terakhir menggantungkan hidup di belakang kemudi taksi aplikasi ini.
Foto: Muhammad Idris - detikFinance |
Mega, driver taksi online wanita lainnya, mengungkapkan hal yang sama. Penggunaan stiker menurutnya, bisa membuat pendapatan pengemudi berkurang, lantaran wikayah kerja mereka juga dipersempit.
"Ada order dari Jakarta Timur ke Bandara. Keluar dari Bandara masuknya Tangerang, kalau pakai stiker kita bisa enggak boleh antar penumpang. Mau enggak mau bisa penumpang turun dari taksi online, ganti kendaraan lain," ucap Mega. (idr/dna)












































Foto: Muhammad Idris - detikFinance
Foto: Muhammad Idris - detikFinance
Foto: Muhammad Idris - detikFinance