CEO Gojek, Nadiem Makarim, mengungkapkan saat ini jumlah ojek online yang tercatat di Jabodetabek saja saat ini sudah mencapai di atas 300.000 pengemudi. Tarifnya pun, kata dia, jauh lebih murah dibandingkan ojek yang mengandalkan pangkalan.
"Dulu di Jabodetabek jumlah ojek kira-kira 70.000-100.000. Hari ini ojek sudah jauh di atas 300.000, itu di Jabodetabek sendiri. Secara harga, dulu ojek lebih mahal dari taksi, apalagi ojek di daerah pusat. Tapi sekarang harga (ojek) sepertiganya taksi," ucap Nadiem, di acara 71 Hari Oeang di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi pendapatannya naik dua kali lipat. Ini konsep efisiensi, teknologi bukan apa-apa kecuali moda transportasinya yang ciptakan efisiensi sendiri. Karena dulu ojek ngetem bisa 10 jam, ambil order paling 3 kali. Dengan teknologi darimana pun bisa ambil order 10 sampai 12 kali per hari. Harga ke konsumen pun jadi semakin kecil," tutur Nadiem.
Menurut dia, pendapatan rata-rata dari pengemudi transportasi aplikasi, baik ojek ataupun taksi online, mencapai Rp 4 juta per bulan atau di atas rata-rata UMP (Upah Minimum Provinsi).
"Ini transisi yang sangat pesat, tapi menciptakan ruang pekerjaan yang begitu besar. UMP Jakarta sekitar Rp 3,3 juta di Jakarta, di luar Jabodetabek (UMP) sekitar Rp 2 juta. Sementara rata-rata sopir Gojek Rp 4 juta (per bulan)," tandas Nadiem. (idr/wdl)











































