Hal ini seperti yang dialami oleh Dani salah satu pedagang sayuran di Pasar Tebet Barat, Jakarta Timur. Ia mengaku menjalani hal tersebut untuk bertahan hidup.
"Sekarang sepi jadi untuk bertahan hidup harus nyambi jadi tukang cangkul. Ya untuk bertahan hidup," kata Dani saat berbincang dengan detikFinance, Senin (30/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut ia memaparkan bahwa hal tersebut sudah ia jalani sejak beberapa bulan terakhir ini. Pasalnya, ia menilai kondisi pasar saat ini sangat tidak menguntungkan. "Sudah 3-4 bulan ini nyambi karena kondisi pasar sepi. Kadang jual sayur juga ini bisa sisa dan dibuang," sambungnya.
Ia menjelaskan, biasanya dalam sehari pembeli bisa datang hingga 180 orang. Namun, sekarang pembeli yang datang hanya sekitar 80 orang.
"Biasanya pembeli per harinya 180 orang. Tapi sekarang bisa kurang lebih 80 orang saja. Ini kan diliat dari omzet per hari biasanya bisa Rp 2-3 juta per hari sekarang cuma Rp 800.000 per hari," terangnya.
Ita seorang pedagang sembako di tempat yang sama juga mengatakan hal yang sama. Ia mengatakan sepinya pasar terjadi lepas musim lebaran. "Sepi di sini sejak habis musim lebaran. Ya 3-4 bulan lah. Enggak ada momen buat orang belanja lagi," terang Ita.
Ia juga mengaku menurunkan harga sembako untuk menarik minat belanja masyarakat. Namun hal tersebut tidak berdampak signifikan.
"Harga gulaku biasanya Rp 16 ribu sekarang sudah saya turunin jadi Rp 14 ribu juga nggak ada yang beli. Paling ya pelanggan saja," tutupnya. (mkj/mkj)