BI Malang: Indeks Keyakinan Konsumen Masih Bagus

BI Malang: Indeks Keyakinan Konsumen Masih Bagus

Muhammad Aminudin - detikFinance
Selasa, 31 Okt 2017 17:41 WIB
Foto: (brigits_emilianav/d'Traveler)
Malang - Gejala menurunnya daya beli masyarakat ternyata tak terjadi di Kota Malang. Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sampai Oktober 2017 pada posisi di atas 100 poin.

"Jika melihat indeks keyakinan konsumen masih cukup bagus. Karena indeksnya selalu masih di atas 100 poin. Artinya ada optimisme masyarakat dan daya belinya terjaga," ujar Ketua Tim Ekonomi Keuangan BI Malang Jaka Setiawan ditemui detikFinance di ruang kerjanya, Selasa (31/10/2017).

Survei IKK BI Wilayah Kerja Malang mencatat, pada Agustus 2017 sebesar 122 poin, September menurun 22 poin yakni 120 poin, untuk Oktober 2017 sebesar kembali menurun satu yakni 119 poin. Menurut Jaka, IKK dihasilkan dari survei rutin yang dijalankan setiap bulan di atas 110 poin, hal ini menunjukkan konsumsi masyarakat Kota Malang cukup bagus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau optimisme tinggi karena masih berada di atas 110 poin, jadi minat masyarakat untuk membeli sangat baik, didukung pula dengan kemampuan daya beli mereka," terangnya.

Khusus Malang, lanjut dia, memang berbeda dengan daerah lain di Jawa Timur. Malang merupakan kota wisata dan pendidikan, memiliki karakteristik tersendiri.

"Seperti Jember dengan daerah pertaniannya, Kediri didukung industri rokok serta perdagangan lain. Untuk Malang berbeda memiliki karateriktik sendiri, merupakan kota pariwisata dan pendidikan. Serta jasa perdagangan yang menopang wilayah Surabaya," beber Jaka.

Soal merebaknya bisnis online (e-commerce), Jaka melihat merupakan fenomena atau gejala baru masyarakat dalam bertransaksi. Bukan berarti minat atau daya beli masyarakat menurun dengan dampak terhadap ritel yang tutup.

Dia menegaskan, fenomena ini tak terjadi di wilayah Malang. Bahkan bisa dilihat beberapa ritel malah membuka gerai baru, contohnya Giant yang hampir bersamaan membuka dua gerai di wilayah Kota Malang.

"Kalau bicara konsumsi, akan berbeda dengan pola transaksi masyarakat. Memang tengah ada fenomena hingga bergeser pola bertransaksi melalui online. Tentunya bukan berarti daya beli masyarakat turun, pola transaksi mereka yang berubah," terang Jaka.

Ritel bahkan terus membuka gerai baru di Malang, jadi apa yang terjadi di daerah lain belum tentu sama. Memang ada perubahan perilaku masyarakat dalam bertransaksi," sahutnya.

Dikatakan, saat ini berapa besar jumlah konsumsi atau transaksi bisnis online tak bisa diketahui. Karena Badan Pusat Statistik (BPS) belum mengeluarkan data tersebut.

"BPS belum pernah mencatatnya. Memang ini lagi baru dan semua tersedia di sana (online)," tutup Jaka. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads