Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan total komitmen transaksi tahun lalu Rp 17 miliar. Dalam pameran ini ditawarkan berbagai jenis perhiasan berbahan baku mutiara asli air laut asli Indonesia.
"Kami targetkan Rp 20 miliar, tahun kemarin Rp 17 miliar," kata Ketua Umum Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi), Anthony Tanios saat penutupan Indonesia Pearl Festival di Lippo Mal Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (12/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi ia cukup optimistis target tersebut dapat diraih, pasalnya ada beberapa calon pembeli yang sudah menunjukan minatnya dan melakukan pemesanan dalam jumlah tertentu namun belum melakukan pembayaran. Pembayaran pun biasanya dilakukan setelah IPF 2017 usai.
"Total penjualan dari tanggal 7 sampai 12 November 2017 Rp 2,188 miliar. Transaksi lelang mutiara Rp 711,3 juta," kata Yana.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Nilanto Perbowo mengungkapkan, kualitas mutiara air laut dalam negeri tidak perlu diragukan lagi. Bahkan ada sebutir mutiara yang dijual dengan harga ratusan juta rupiah.
Ia berharap mereka yang bergerak di industri ini bisa memiliki kesejahteraan yang lebih baik. Selain itu, ia juga berharap para pelaku industri bisa menjaga kelestarian alam agar produksi mutiara air laut dalam negeri bisa berkelanjutan.
"Usaha mutiara saat ini mencengangkan harganya. Saya ditunjukan Pak Anthony diameter terbesar mutiara dari tanggal 7 sampai 12 November ukuran 18,6 milimeter warna gold, putih ukurannya 14,4 milimeter paling besar ada di sini. Mutiara sebutir hundred millions (ratusan juta)," ujar Nilanto.
Adapun beberapa daerah penghasil mutiara air laut terbesar di Indonesia, antara lain Raja Ampat, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, hingga Maluku. Ia berharap mutiara asal Indonesia bisa semakin dikenal kualitasnya di mata dunia.
"Raja Ampat, Papua, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan sebagainya," tutur Nilanto. (ara/mkj)











































