Urban Farming, Solusi Penyediaan Pangan Sehat Warga Perkotaan

Urban Farming, Solusi Penyediaan Pangan Sehat Warga Perkotaan

Muhammad Idris - detikFinance
Rabu, 15 Nov 2017 11:15 WIB
Foto: Dok Kementan
Bogor - Tren urban farming atau bertani di perkotaan tengah meningkat beberapa tahun terakhir. Pertanian yang memanfaatkan lahan pekarangan sempit di kota, termasuk rumah dan perkantoran, digadang-gadang jadi salah satu solusi untuk penguatan ketahanan pangan.

Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementerian Pertanian, Tri Agustin Satriani, mengatakan urban farming bisa dilakukan oleh ibu rumah tangga yang bisa membawa banyak manfaat positif.

Selain mendekatkan pangan ke dapur rumah, urban farming juga sekaligus bisa memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman atau B2SA. Hal tersebut diungkapkannya dalam acara 3th Symposium for Sustainable Development yang diselenggarakan Departemen Landskap Institut Pertanian Bogor (IPB) di IICC, Bogor, pada Selasa (14/11/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami sangat senang dan mendukung jika ada masyarakat yang ingin mengembangkan pertanian di perkotaan," kata Tri dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/11/2017).

Tri yang mewakili Kepala BKP ini berujar, urban farming sendiri dilakukan dengan mengoptimalkan lahan yang ada. Untuk meningkatkan kesadaran pentingnya urban farming, pihaknya juga telah memiliki program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) sejak 2009.

"Pemerintah sangat mendukung kegiatan seperti ini sehingga dapat mewujudkan generasi yang sehat dan produktif," kata Tri.

Dalam program ini, Kementan memberikan bantuan dan pembinaan kepada kelompok masyarakat, khususnya kelompok wanita tani dan dasa wisma untuk mengoptimalkan manfaat pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Bantuan diberikan dalam bentuk kebun bibit dan demplot, sehingga diharapkan keberadaan KRPL bisa berkelanjutan.

"Kami juga memberi bantuan kepada sekolah dasar (SD) untuk membangun kebun bibit dan pekarangan, agar anak dapat belajar untuk mencintai pertanian dan meningkatkan pengetahuan akan konsumsi pangan lokal," ungkap Tri.

Di acara ketiga yang diselenggarakan oleh Departemen Landskap IPB ini, hadir pula pembicara dari Jepang, Jerman, dan Belanda. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat dirumuskan model pemanfaatan pekarangan yang optimal dan berkelanjutan, sehingga dapat diadopsi di Indonesia.

Sedangkan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan diversifikasi konsumsi pangan, ke depannya akan dikembangkan kepada kelompok masyarakat yang lebih besar, seperti pondok pesantren maupun lembaga keagamaan lainnya.

Tri berharap, model urban farming dapat dikembangkan oleh generasi muda sehingga menjadi gaya hidup, sebagaimana adanya tren urbanisasi atau perpindahan masyarakat dari desa ke perkotaan. (ega/ega)

Hide Ads