Salah satunya, konsumsi rumah tangga yang berkontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi mengalami pelemahan pada laporan kuartal III-2017. Konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2017 4,93% atau turun tipis dibandingkan kuartal I-2017 yang sebesar 4,95%, dan kuartal II-2017 sebesar 4,94%.
"Perkiraan kami mungkin tahun ini kita tidak akan sampai 5,1%, sedikit di bawah 5,1%. Permasalahannya di 2017 adalah konsumsi rumah tangga karena share-nya cukup besar," kata Ekonom Hendri Saparini dalam acara Core Economic Outlook 2018 di JS Luwansa, Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami meyakini itu akan mengurangi konsumsi rumah tangga terutama di kelompok terbawah. Jadi penyebab utama penurunan konsumsi rumah tangga adalah kenaikan harga listrik. Kita sudah sampaikan hal itu, kalau supply gas dari gas melon ke gas pink. Memang tidak ada kenaikan harga, tapi supply-nya berkurang. Jadi dampak ke masyarakat cukup signifikan," kata Hendri.
"Jadi yang terpenting kita tidak mendebat ada perlambatan pertumbuhan konsumsi. Yang terpenting bagaimana menciptakan kebijakan yang bisa meningaktkan konsumsi masyarakat. Itu yang perlu untuk dilakukan," tambah Hendri.
Kebijakan pajak juga diharapkan tidak membuat masyarakat takut membelanjakan uangnya yang berpengaruh ke tingkat konsumsi masyarakat.
"Yang penting adalah bagaimana kita menaikkan lagi agar masyarakat berkonsumsi kembali. Kebijakan pajak membuat kelas atas menunggu untuk meningkatkan konsumsi mereka," tutur Hendri.
Proyeksi Ekonomi 2018
Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 berada di level 5,1-5,2% dengan tingkat inflasi 3,5% dan nilai tukar berada di level Rp 13.500 per dolar AS.
Tantangan ekonomi di tahun mendatang diperkirakan semakin berat dengan adanya tahun politik digelarnya Pilkada serentak dan persiapan Pemilu 2019.
"Lingkungan domestik, tahun 2018-2019 ternyata adalah tahun politik yang akan dimulai dengan lebih cepat. Karena 2018 kita akan hadapi pilkada 17 provinsi, 39 kota dan ada 66% PDB kita itu Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, semua pusat ekonomi kita akan menghadapi pilkada," ujar Hendri.
![]() |
Penerimaan pajak yang didapatkan juga perlu dialokasikan untuk mendorong kualitas pendidikan di Indonesia. Selain itu, inovasi pembiayaan juga perlu dilakukan lagi lebih banyak.
"Kita perlu lebih banyak lagi agar financial inclusion tidak hanya pro terhadap nasabah atau masyarakat tetapi juga mereka yang sudah memiliki lembaga pembiayaan yang selama ini sudah eksis," tutur Hendri. (ara/mkj)