Tren nilai ekspor hasil perikanan Indonesia tercatat mengalami peningkatan dan cenderung lebih tinggi dibanding dengan beberapa negara pesaing seperti Thailand, Vietnam, China dan Filipina.
Demikian data Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang diterima detikFinance, seperti dikutip Senin (18/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meningkatnya volume impor juga diikuti oleh naiknya nilai impor yang tercatat mengalami kenaikan hingga 17,78%. Namun, nilai impor yang melonjak diniliai tak berpengaruh terhadap neraca perdagangan dengan prosentase nilai impor hanya 10,9% terhadap nilai ekspor.
Data tersebut mencatat, produk yang mengalami penurunan volume berasal dari produk yang memiliki harga rendah atau under value. Sementara harga rata-rata tahunan ekspor tercatat US$ 3,65 per kg atau naik 5,82% per tahun dari 2012-2017, sedangkan harga impor mengalami tren kenaikan 1,62% per tahun ke angka US$ 1,33 per kg.
Adapun tujuan utama ekspor meliputi Amerika Serikat (AS), Jepang, Tiongkok, serta kawasan Asia Tenggara dan Uni Eropa. Porsinya mencapai 85,3% dari nilai ekspor dan 84,6% dari total volume.
Beberapa komoditas perikanan tercatat mengalami kenaikan volume ekspor perikanan per tahunnya untuk periode Januari-Oktober tahun 2012 hingga 2017. Di antaranya adalah Udang yang naik 3,24% per tahun, tuna-tongkol-cakalang (TTC) naik 3,04% per tahun, rajungan kepiting naik 1,12% per tahun, cumi-sotong-gurita (CSG) naik 9,47% per tahun dan rumput laut naik 1,85% per tahun.
Sedangkan komoditas perikanan yang tercatat mengalami kenaikan nilai ekspor per tahunnya untuk periode Januari-Oktober tahun 2012 hingga 2017 di antaranya Udang yang harganya baik 8,26% per tahun, rajungan kepiting naik 5,24% per tahun, cumi-sotong-gurita (CSG) naik 18,4% per tahun dan rumput laut naik 4,22% per tahun. Sementara harga tuna-tongkol-cakalang (TTC) turun 0,85% per tahun. (eds/zul)











































