Ini Perbandingan Harga Beras RI dengan Negara ASEAN Lain

Ini Perbandingan Harga Beras RI dengan Negara ASEAN Lain

Muhammad Idris - detikFinance
Rabu, 20 Des 2017 21:44 WIB
Ini Perbandingan Harga Beras RI dengan Negara ASEAN Lain
Foto: Andhika Akbarayansyah/Infografis
Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim harga beras di Indonesia relatif lebih murah dibandingkan dengan negara tetangga. Harga beras yang lebih murah ini lantaran biaya produksi petani lokal lebih murah dengan petani dari negara ASEAN sesama produsen beras seperti Vietnam dan Thailand.

Kasubdit Pemasaran dan Investasi Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Resfolidia, menuturkan jika mengacu pada data KBRI Hanoi, World Bank, dan IRRI (International Rice Research Institute), harga beras medium rata-rata di Indonesia Rp 7.200/kg dan beras premium Rp 12.800/kg. Sementara di Vietnam beras dengan kualitas medium dipatok rata-rata Rp 7.230/kg dan premium Rp 19.800/kg.

"Padahal produktivitas rata-rata padi nasional Vietnam 5,8 ton/hektar, jauh lebih tinggi dibandingkan produktivitas padi rata-rata nasional Indonesia 5,3 ton/hektar. Artinya biaya produksi padi Indonesia lebih murah dibandingkan biaya produksi padi di Vietnam," kata Resfolidia dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/12/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun jika dibandingkan dengan negara produsen beras lain seperti Thailand, menurutnya, harga beras di Indonesia masih terbilang lebih mahal. Harga beras di Negeri Gajah Putih tersebut rata-rata Rp 6.300/kg untuk kualitas medium, dan Rp 9.465/kg untuk beras premium.

Diungkapkan Resfodilia, soal tuduhan tentang penggunaan pupuk dalam budidaya padi di Indonesia yang overdosis, sehingga menyebabkan biaya produksi padi lebih mahal dari negara tetangga juga menurutnya tidak benar.

"Argumennya alokasi pupuk bersubsidi per tahun tetap sebesar 9,55 juta ton tahun 2014 sampai dengan tahun 2017. Sementara itu luas tambah tanam padi, jagung dan kedelai mengalami peningkatan dari tahun 2014 seluas 18,29 juta hektar menjadi 2016 seluas 20,18 juta hektar. Artinya terjadi pengurangan dosis pupuk untuk komoditas padi, jagung maupun kedelai secara nasional," ujar Resfodilia.

Dia mengakui, memang di beberapa tempat terjadi peningkatan penggunaan pupuk yang berlebihan. Namun demikian, sebagian besar pertanaman padi dipupuk dengan dosis di bawah takaran, sehingga wajar produktivitas padi Indonesia lebih rendah dibandingkan Vietnam.

"Untuk meningkatkan daya saing produk padi Indonesia, maka peningkatan produktivitas perlu dilakukan agar harga produk padi Indonesia menjadi semakin kompetitif sejalan dengan peningkatan luas panen per tahun," ucap Resfodilia.

Dia juga mengungkapkan, rendahnya biaya produksi padi Indonesia dibandingkan negara ASEAN lainnya tercermin dari meningkatnya ekspor beras organik premium dari tahun 2016 sebanyak 2.321 ton menjadi 4.071 ton pada tahun 2017, terjadi kenaikan 75%.

"Artinya daya saing produk padi Indonesia meningkat secara signifikan," pungkas Resfodilia. (idr/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads