"Jalur merah umumnya muncul dua kali di bulan Maret dan Agustus, kata Kepala BPTP Balitbangtan Papua, Yuliantoro Baliadi, dalam keterangan tertulis, Senin (25/12/2017).
Yuliantoro mengatakan sesungguhnya jalur merah terjadi karena pada periode tersebut populasi hama utama padi (penggerek batang padi, wereng batang coklat dan wereng hijau) merajalela. Apalagi menurutnya organisme pengganggu tanaman (OPT) makin nyaman menyerang padi karena varietas padi tidak jelas sehingga bisa berujung pada gagal panen.
Hal ini diperparah dengan munculnya serangan penyakit virus yang ditularkan oleh OPT, seperti kerdil rumput, kerdil hampa dan tungro. Menghadapi mitos jalur merah yang terlanjur melegenda ini, Balitbangtan mengeluarkan beberapa terobosan untuk para petani Nabire.
Terbosoan itu berupa penetapan kalender dan jadwal tanam, pemilihan varietas toleran/tahan OPT dan atau umur genjah, tanam serempak dengan pola tanam jajar legowo, pemupukan berimbang kecuali nitrogen dikurangi, pupuk organik, monitoring populasi OPT, pengaturan air.
"Memaksimalkan waktu tanam menuju IP 300 adalah kebijakan Kementan terimplementasi pada 3 kegiatan lapang Panen-Olah Lahan-Tanam (POT) yang dicontohkan Menteri Pertanian di sentra utama padi,"lanjut Yuliantoro.
Para petani juga diperkenalkan dengan VUB Inpari 31 dan 33 tahan WBC biotipe 1, 2, 3; Inpari 6, 7 dan 8 tahan tungro; Inpari 32 tahan kresek. Namun untuk memaksimalkan waktu tanam perlu dukungan pemda untuk pelaksanaan tanam serempak agar semua stakeholder terkait turun bersama.
Pascapengenalan varietas ini, pada bulan Desember menghasilkan rangkaian panen Inpari 7 di Kampung Topo Distrik Nabire Barat, Inpari 7 dan 8 di Kampung Jayamukti Distrik Yaro dan Inpari 8 di Kampung Wiraska Distrik Wanggar dengan produktivitas rata-rata 6.7 t/ha.
Panen ini membuktikan bekerjanya inovasi Balitbangtan hingga mampu diterima para petani meski berada dalam jalur merah. "Terobosan ini memberikan harapan baru bagi petani Nabire. Panen Inpari 7 dan 8 ini telah disiapkan sebagai benih utk MT 2018 selain konsumsi," sambung Yuliantoro.
Kabupaten yang 10 persen petaninya adalah orang asli Papua, diharapkan dapat menjadi lumbung pangan yang mensuplai dan pemenuhan Beras Sejahtera (RASTRA) untuk Kabupaten Nabire, Dogiyai, Deiyai, Paniai dan Intan Jaya. (ega/ega)