Sayangnya para pedagang terompet di Pasar Asemka, Jakarta Barat mengeluhkan penurunan penjualan dibandingkan malam tahun baru 2017.
"Penjualan kurang. Tahun kemarin bisa habis sampai 4 kardus. Kalau sampai hari ini baru sampai 2 dus. Kalau kondisi (sekarang) susah buat abis 4 kardus," kata Jamhuri berbincang dengan detikFinance di tempatnya berjualan, Pasar Asemka, Jumat (29/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pedagang pernak-pernik Tahun Baru Foto: Trio Hamdani/detikFinance |
Helmi yang berjualan terompet dan pernak-pernik tahun baru di kaki lima juga mengeluhkan hal sama. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah pembeli terompet dan pernak-pernik di tempatnya berkurang jelang pergantian tahun ini.
Paling tidak saat ini rata-rata per hari dia hanya bisa menjual terompet sebanyak 4-5 lusin. Sementara tahun lalu bisa mencapai 8 lusin. Satu lusinnya dijual bervariasi tergantung jenis dan besarnya terompet.
"Yang gas jual Rp 210 ribu selusin yang mini. Kalo tanggung Rp 440 ribu. Yang besarnya lagi Rp 480 ribu selusin. Kalo pompa Rp 150 ribu selusin. Yang tiup macem-macem. Paling murah Rp 40 ribu selusin. Paling mahal Rp 150 selusin," jelasnya.
Penjualan bando menyala di tempatnya juga mengalami penurunan, sama halnya penjualan terompet.
"Bando Rp 102 ribu selusin. satunya kena Rp 8.500. Tahun kemarin banyak macamnya. Kalau sekarang sedikit jadinya pendapatan kurang," tambahnya.
![]() |
Penurunan penjualan juga dialami Eko, pemilik toko pernak-pernik tahun baru di Pasar Asemka. Kata dia, penjualan terompet dan aksesoris tahun baru di tokonya turun.
"Terompet laku 500 pieces yang model pompa saja kita jualnya. Kalau tahun kemarin bisa abis 2 kali lipatnya," sebutnya.
Sementara bando menyala mencapai 1.000 pieces. Hanya saja itu lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya bisa terjual hingga 2.000 peace.
"Jualnya lusinan. 1 lusinnya Rp 100 ribu-Rp 120 ribu. Penjualan turun tahun ini. Tahun kemarin bisa 2 kali lipat," tambahnya.
![]() |