Sedangkan beras premium Rp 13.000/kg, naik dari HET Rp 12 800/kg. Situasi ini berimbas ke pedagang warung nasi.
Pemilik warung nasi khas Sunda di kawasan Jalan MH Thamrin, Ella, mengatakan setelah harga beras medium naik, ia beralih ke kelas di bawah medium dengan harga Rp 10.000/kg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari segi kualitas Ella mengaku memang lebih bagus beras dengan harga Rp 12.000. Beras yang dia beli sekarang lebih banyak yang patah serta perlu dicuci sampai berkali kali.
"Beda, tapi gimana nyucinya aja," kata dia.
Pedagang nasi uduk sekaligus lontong dan soto di kawasan belakang Jalan MH Thamrin, Haryati, mengatakan untuk membuat lontong dari jenis beras yang murah yaitu Rp 10.000/kg.
"Buat yang beras medium masing masing 5 liter itu buat nasi uduk dan soto kalau buat lontong beli yang dibawah medium itu beli yang harganya Rp 10.000," kata dia.
Sejak kenaikan harga beras, Haryati yang bisa menjual lontong kari dengan harga Rp 8.000 harus menjual dengan harga Rp 10.000. Sementara Untuk Nasi Uduk yang biasa dijual Rp 10.000 kali ini dijual dengan harga Rp 12.000. Sementara soto ayam, yang dijual dengan Rp 15.000 Haryati hanya mengurangi porsi nasi.
Haryati mengungkapkan kenaikan harga beras sudah dirasakan sejak Desember lalu. Secara bertahap harga beras mulai naik dan membuatnya harus menaikan harga per porsi dari nasi jualannya. Selain harus menerima keluhan akibat naiknya harga makanan dari para pembeli, Haryati juga mengeluh kalau kualitas beras medium tidak sebagus dulu. (hns/hns)











































