Impor Jeruk Mandarin Tumbuh 1.727% Jelang Imlek

Impor Jeruk Mandarin Tumbuh 1.727% Jelang Imlek

Hendra Kusuma - detikFinance
Senin, 15 Jan 2018 15:00 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan adanya kenaikan impor yang sangat drastis untuk sektor konsumsi, yakni jeruk mandarin, apel dan anggur. Khusus jeruk mengalami peningkatan 1.727% secara nilai dari November ke Desember 2017.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan impor sektor konsumsi ini khususnya buah-buahan yang diperlukan mengisi kebutuhan saat Hari Raya Imlek.

"Untuk barang konsumsi naik 2,43% tapi perannya jauh dibanding bahan baku. Yang naik antaranya apel, anggur, dan jeruk mandarin, ini mendekati hari raya imlek," kata Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (15/1/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika melihat data BPS, impor apel segar di November nilainya US$ 25,7 juta naik 106,81% ke Desember menjadi US$ 53,1 juta. Untuk anggur di November nilainya US$ 28,8 juta naik 52,98% ke Desember menjadi US$ 44,1 juta. Lalu untuk jeruk mandarin di November nilainya US$ 570,2 ribu naik 1.727,23% ke Desember menjadi US$ 10,4 juta.

Selain itu, adapula pir segar di November nilainya US$ 11,4 juta atau naik 85,30% ke Desember yang menjadi US$ 21,1 juta. Lalu ada buah longan/lengkeng yang di November nilainya US$ 17,03 juta atau tumbuh 14,18% ke Desember menjadi US$ 19,4 juta.

Neraca Perdagangan Indonesia sepanjang 2017 mengalami surplus US$ 11,84 miliar. Tren surplus ini terus dialami sejak 2015. Total ekspor di 2017 tercatat US$ 168,728 miliar dengan impor US$ 156,893 miliar.

Meski alami surplus, namun khusus neraca perdagangan Indonesia di Desember 2017 mengalami defisit US$ 270 juta dengan eskpor US$ 14,8 miliar atau turun 3,45% dan impor US$ 15,06 miliar atau turun 0,29%.

Kecuk menyebutkan, tumbuhnya impor buah-buahan terlihat dari sektor konsumsi di Desember 2017 yang alami pertumbuhan 2,43% (mtm) dengan nilai US$ 1,37 miliar.

Dia menyebutkan, impor yang berasal dari sektor bahan baku/penolong dengan nilai US$ 10,99 miliar mengalami turun 1,17% (mtm). Sedangkan untuk sektor barang modal nilainya US$ 2,70 miliar atau tumbuh 2,02%.

"Barang modal naik tipis 2,02%, tapi YoY naik tinggi 20,90%, jadi impor turun tipis karena penurunan bahan baku," ungkap dia. (ara/ara)

Hide Ads