Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas, tunasakan muncul dari buku yang ada di dalam tanah tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung pada batang lama. Tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya).
Kok bias?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, penanaman padi dengan metode salibu terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi sehingga berdampak positif bagi perekonomian petani.
"Teknologi Salibu yang baru pertama kali diterapkan di Buleleng ini merupakan program pemerintah yang berasal dari APBN 2017. Tujuannya meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) padi," ujar I Wayan Sunarta.
Para petani ini menggunakan paket lengkap teknologi Salibu dari PT Prima Agro Tech yang berlandaskan agro-biotechnology untuk setiap produknya. Adapun paket produk yang digunakan dalah Decohumat, Oriza Plus, Metarizep, BT Plus, Kalsika, dan Humatop.
"Teknik ini diterapkan sebagai usaha inovasi peningkatan kebutuhan beras dan usaha mencapai swasembada pangan," kata I Wayan Sunarta.
Kendati cuaca mendung dan gerimis sempat mengguyur lokasi, namun tidak menyurutkan antusiasme dari seluruh undangan untuk tetap bertahan di lokasi kegiatan. Acara dimulai dengan pemotongan padi secara simbolis oleh Kepala Dinas Buleleng bersama 9 orang perwakilan dari 10 instansi.
Lahan seluas satu hektar di lokasi ini menjadi sebuah bukti nyata atas prestasi dari teknologi SALIBU mewakili dari total 12,5 Ha yang tersebar di 8 kecamatan dari seluruh Kabupaten Buleleng, diantaranya Kecamatan Busungbiu, Gerokgak, Kubutambahan, Banjar, Seririt, Sukasada, Buleleng, dan Sawan.
I Wayan Sunarta menjelaskan, dengan menggunakan varietas IR-64 dan Ciherang, serta dengan sistem tanam PTT tanpa legowo, hasil panen Salibu yang berarti produksi kedua dari bibit sebelumnya mencapai 7 ton/Ha Gabah Kering Panen (GKP), hampir menyamai hasil panen bibit pertama atau produksi pertama yaitu 8,8 Ton/Ha.
Hal ini sangat menarik perhatian karena petani bisa mendapatkan hasil produksi yang berkali-kali lipat tanpa harus membeli benih baru dan menghabiskan waktu untuk melakukan penyemaian baru. Karena Salibu 'hanya' memanfaatkan sisa tanaman yang telah dipanen sebelumnya.
"Tahap pertama padi salibu ini sangat menggembirakan. Hasilnya tidak jauh berbeda dari konvensional (panen sebelumnya-red). Malahan kita untung karena dapat menghemat biaya produksi karena tidak perlu ongkos tanam untuk membeli benih dan penyemaian dan waktunya 50 hari lebih cepat karena ada yang bisa diputus," ujar I Wayan Sunarta.
Dia mengungkapkan, program Salibu ini bisa dijadikan program unggulan padi di Kabupaten Buleleng mengingat hasilnya memuaskan. Suksesnya panen raya padi teknologi salibu di Buleleng ini tidak lepas dari cara perawatan tanaman yang tepat serta pengelolaan hama dan penyakit yang cermat pada areal pertanaman.
"Aplikasi Salibu akan kami kembangkan di kecamatan lain. Dan pemerintah turut mendukung untuk meningkatkan produktivitas hasil panen," tambahnya. (dna/ara)