Ini Kunci Pertumbuhan Ekonomi 2018 Bisa Capai 5,7 % Versi KEIN

Ini Kunci Pertumbuhan Ekonomi 2018 Bisa Capai 5,7 % Versi KEIN

Raras Prawitaningrum - detikFinance
Rabu, 17 Jan 2018 18:00 WIB
Foto: Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta (Foto: Raras Prawitaningrum)
Jakarta - Wakil Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,7% pada 2018. Angka tersebut melampaui proyeksi pemerintah yang ditetapkan, yakni sebesar 5,4%. Target ini dapat dicapai jika ekspor dan investasi terus digenjot.

"Investasi dan ekspor yang paling tepat didorong karena sesuai dengan kondisi dan berbagai sentimen yang ada saat ini," ujar Arif dalam KEIN Meets The CEO yang bertema Mengelola Potensi Ekonomi 2018, di The Ritz Charlton Hotel Pacific Place, Jakarta, Rabu (17/1/2018).

Salah satu langkah yang diambil KEIN adalah dengan menetapkan industri prioritas untuk menggenjot ekspor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ekspor yang berbasis komoditas, terutama yang berbahan mentah, secara perlahan harus ditransformasi ekspor berbasis nilai tambah yang berbasis sumber daya alam yang kita miliki. KEIN merekomendasikan nilai tambah itu diletakkan kepada sektor-sektor pertanian, maritim, kreatif, dan pariwisata," lanjutnya.

KEIN mencatat kebutuhan investasi dalam negeri untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,7% sebesar Rp 4.805 triliun atau tumbuh 6,76% dibandingkan 2017.

Adapun sumbernya berasal dari pemerintah senilai Rp 262 triliun, perbankan Rp 265 triliun, pasar modal Rp 711 triliun, belanja modal BUMN Rp 499 triliun, PMA-PMDN Rp 706 triliun, serta internal funds korporasi dan lainnya Rp 2.362 triliun.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi lebih dari yang ditargetkan pemerintah, hasil simulasi KEIN menemukan bahwa komponen ekspor perlu didorong hingga Rp 2.960 atau tumbuh 5,85%. Mengenai hal ini, Arief mengungkapkan pelaku usaha dalam negeri bisa memanfaatkan momentum One Belt One Road (OBOR).

"OBOR itu kan ada jalur darat dan jalur maritim, meliputi 60 negara dengan melibatkan populasi 4 miliar orang yang bisa menjadi market. Kita juga punya poros maritim, Kawasan Ekonomi Khusus, program pengembangan proyek infrasturktur prioritas. Kalau ini disinkronisasi, tinggal me-link up dengan jalur sutra baru yang diinisiatifkan China untuk menembus pasar non-tradisional. Kita main di rantai pasok dan harus ditindaklanjuti dengan diplomasi perdagangan yang kuat," paparnya.

(nwy/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads