Manajemen dari Anglo Distrindo, Rubby Destrison mengatakan, sekitar akhir Januari 2015 atau awal Februari 2016 penjualan Clarks terus menurun. Menurutnya, turunnya daya beli masyarakat dan shifting atau pergeseran konsumsi konsumen dari offline ke online memberi dampak pada bisnis yang dijalankan.
"Kita terdampak, bahkan drop yang sampai 60% dibanding tahun sebelumnya, 2014," ujar Rubby saat berbincang dengan detikFinance, Rabu (31/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rubby mengatakan, Anglo hanya menaungi 1 principal merek yaitu Clarks, sehingga tidak memungkinkan untuk perusahaan melakukan subsidi silang dari merek yang untung ke merek yang rugi.
Hal itu terus terjadi hingga 2017, sehingga manajemen memutuskan untuk menghentikan bisnis dan menutup toko dan kantor secara bertahap hingga Maret ini.
"Board of Director memutuskan di 2018 kita sepakat tutup," tuturnya.
(zlf/dna)