Peneliti INDEF Eko Listiyanto mengungkapkan, terjadi penurunan daya beli masyarakat sepanjang 2017. Penurunan daya beli tersebut disebabkan kenaikan tarif listrik yang berimbas ke daya beli.
Di 2017 lalu, terjadi pencabutan subsidi kepada sebagian pelanggan listrik 900 VA yang dinilai mampu. Kebijakan ini dinilai ikut mempengaruhi daya beli masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi serupa bisa terulang bila pemerintah tidak hati-hati. Karena menurut analisanya, ada komponen lain yang bisa menggerus daya beli masyarakat di tahun 2018, yakni kenaikan harga beras di awal tahun.
Naiknya harga beras di awal tahun menurutnya bisa mempengaruhi kemampuan daya beli, utamanya masyarakat kurang mampu. Kenaikan harga beras memberikan kontribusi yang cukup besar ke belanja masyarakat karena porsinya mencapai 25% dari pendapatan mereka.
"Awal tahun ini kan sebenarnya masalah harga beras, karena komponennya sampai 25% dari pendapatan masyarakat miskin itu," kata Eko.
Akan tetapi, penurunan daya beli yang terjadi di masyarakat kelas bawah dikatakannya tidak serta-merta memberikan dampak yang signifikan ke ekonomi secara keseluruhan. Pasalnya, yang bisa memberikan dampak cukup signifikan adalah masyarakat kelas menengah.
"Tetapi secara keseluruhan penopangnya itu ada di kelas menengah. Jadi memang kenapa kok kemudian artinya tidak terjadi sampai kemudian perekonomian sampai ada penurunan daya beli. Karena memang yang terkena masyarakat kelas bawah," kata Eko.
Konsumsi rumah tangga di tahun ini juga perlu diberi perhatian khusus. Terlebih lagi ada tren kenaikan harga minyak dunia yang dikhawatirkan berimbas ke harga komoditas lainnya.
"Agak susah memang, saya pikir trigger untuk konsumsi rumah tangga 2018 ada di harga minyak," ujar Eko.
Harga energi, seperti tarif listrik juga tak boleh diabaikan. Pasalnya, setelah bahan pokok seperti beras, belanja energi juga tidak dapat dihindarkan.
"Secara umum setelah beras. Konsumsi dalam basket konsumsi rumah tangga itu adalah energi. Mengutak-atik energi pasti akan berpengaruh ke daya beli. Entah itu listriknya kaya tahun lalu, entah itu BBM-nya apalagi kalau dua-duanya diutak-atik. Nah itu belum terjadi tapi baru beras saja dengan sendirinya daya belinya sudah rendah," kata Eko. (ara/dna)