Kepala BPS Suhariyanto mengatakan meski upah nominal mengalami kenaikan namun terjadi penurunan pada upah riil sebesar 0,15%. Hal ini, memberikan kekhawatiran pada daya beli 40% masyarakat kelompok bawah.
"Yang upah riilnya turun, mungkin menunjukkan daya belinya turun, jadi memang kita perlu perhatian kepada lapisan bawah yang 40%," kata Suhariyanto di kantor pusat BPS, Jakarta, Kamis (15/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhariyanto menyebutkan upah riil pada Desember 2017 tercatat sebesar Rp 37.507 per hari dan pada Januari 2018 turun menjadi Rp 37.450 per hari.
Untuk upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Januari 2018 naik 0,89% dibanding upah Desember 2017 yaitu dari Rp 84.454 menjadi Rp 85.206 per hari. Upah riilnya mengalami kenaikan sebesar 0,26%.
Sedangkan untuk upah buruh potong rambut wanita per kepala per Januari 2018 naik sebesar 0,83% dari Rp 25.979 menjadi Rp 26.194 per kepala. Sedangkan upah riilnya juga naik 0,20% dari Rp 19.789 menjadi Rp 19.829 per kepala.
Lalu upah pembantu rumah tangga per Januari 2018 naik 1,07% dibandingkan Desember 2017 dari Rp 384.829 menjadi Rp 388.947 per bulan. Begitu juga upah riilnya naik 0,44% dari Rp 293.136 menjadi Rp 294.434 per bulan.
Menurut Suhariyanto pemerintah harus mengatur strategi untuk meningkatkan daya beli dengan tetap menjaga tingkat inflasi di level rendah.
"Jadi stabilisasi harga-harga itu jadi kunci penting, karena kalau pendapatannya naik, inflasinya tinggi, sama saja, nggak akan ada artinya. Kita tentu berharap pendapatan naik, inflasi terjaga sehingga daya beli meningkat," tutup dia. (ara/ara)











































