Alasannya, saat ini kapal yang ada di Indonesia umumnya merupakan kapal angkut biasa yang tidak dilengkapi dengan container berpendingin atau reefer container. Sehingga angkutan seperti ikan yang membutuhkan lemari pendingin membutuhkan upaya khusus yang lebih dari biasanya.
Saat kapal berlayar dari timur ke barat, kapal penuh berisi ikan. Namun saat kembali ke timur, kapal berlayar dalam keadaan kosong. Sehingga biaya tersebut harus ditanggung pihak pemilik atau pembeli barang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirinya menjelaskan jika jalur angkut logistik berupa ikan dari timur ke barat Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan ikan impor yang di datangkan dari China, hal tersebut karena Indonesia kekurangan reefer container.
"Sudah jelas karena keterbatasan reefer container dan kapal yang mempunyai fasilitas untuk reefer container. Tidak bisa dibandingkan dengan kapal besar yang melayani dari China ke Jakarta yang fasilitas untuk reefer container-nya tersedia. Bahkan container biasa untuk general cargo, ongkos kirim dari Jakarta ke timur lebih mahal daripada dari Jakarta ke China," katanya.
Sebagai informasi ongkos logistik untuk mengangkut ikan saat ini masih mahal. Hal tersebut yang membuat harga ikan di pasaran menjadi lebih mahal. Jika angkutan ikan dari Merauke ke Jakarta itu per-kg-nya Rp 4.300/ kilogram, ongkos angkut dari China ke Jakarta itu hanya Rp 1.200/ kiloram. Padahal pejalanan dari China ke Jakarta lebih jauh dibandingkan Marauke ke Jakarta. (dna/dna)











































