Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman mengatakan pada dasarnya alasan pemerintah untuk menambah utang bukan terbentuk atas secara seketika. Namun telah direncanakan sebelumnya.
"Utang itu kita nggak ujug-ujug bikin utang. Sudah ada rencananya membiayai defisit tahun ini Rp 250 triliun," katanya di Gesung BEI, Jakarta, Jumat (22/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan gini, utang itu produk dari APBN maksudnya penerimaan belanja selisihnya itu ada defisit. Itu dari mana defisitnya? Ya dari utang, dari penerbitan SBN tadi," imbuhnya.
Adapun penambahan utang tersebut dilakukan pemerintah dengan menerbitkan empat instrument, yakni ORI, SBM, saving bond ritel, dan sukuk tabungan.
Sementara itu, ia juga menilai penerbitan surat utang tersebut masih sesuai harapan. Pasalnya hingga Januari pihaknya telah memperoleh Rp 20 triliun dari penerbitan surat utang.
"Masih on track kita masih kita kan defisit kurang lebih Rp 250 triliun itu kan kita bagi 12 bulan. So far Januari sudah Rp 20 triliun nettonya jadi saya pikir masih on track," pungkasnya. (eds/eds)











































