Inflasi diramalkan akan terjadi kembali di Februari 2018. Ekonom dari PT Bank Permata Josua Pardede memprediksi inflasi sebesar 0,17% atau lebih rendah dibandingkan Januari tahun ini.
"Inflasi bulan Februari diperkirakan sekitar 0,17% (MtM) atau 3,19% (YoY)," kata Josua saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (1/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk volatile food yang menjadi pendorong inflasi di Februari tahun ini karena kenaikan harga komoditas seperti beras, cabai merah keriting, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih. Sedangkan untuk administered price didorong kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi alias pertamax cs yang masing-masing sebesar 3,3% (MtM).
Sementara itu, Peneliti dari Institute dor Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira meramalkan inflasi di Februari berada pada kisaran 0,25-0,3%.
"Angka ini lebih rendah jika dibanding inflasi Januari yang mencapai 0,62%, tapi proyeksi ini lebih tinggi dari inflasi Februari 2017 yakni 0,23%," kata Bhima.
Dia menyebutkan faktor pendorong inflasi berasal dari kenaikan beberapa harga komoditas inti, dan penyesuaian harga BBM non subsidi.
"Faktor inflasi masih didominasi harga pangan khususnya beras, cabai merah, dan bawang putih," ungkap dia. (zlf/zlf)