Namun di saat menjamurnya pabrik pengolahan beras di Pinrang, masih banyak perusahaan atau pabrik penggilingan padi di sana yang mengandalkan tenaga diesel atau mesin genset sebagai sumber energi untuk pengoperasian pabriknya. Padahal, pemakaian genset yang menggunakan bahan bakar solar membuat biaya operasi pabrik lebih tinggi dibanding menggunakan listrik yang tersedia dari jaringan yang disediakan oleh PLN.
Hal tersebut dirasakan oleh BUMN PT Pertani (Persero) yang beroperasi di Pinrang, Sulawesi Selatan. Kepala Unit Agrobisnis Pertani (Persero) Pinrang Muharis menjelaskan sejak beralih dari mesin diesel ke jaringan listrik PLN untuk operasional pabriknya, kini biaya operasi bisa ditekan hingga 58% banyaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Operasional pabrik Pertani di Pinrang sendiri telah dimulai sejak tahun 1981, dan sejak saat itu pula perusahaan telah menggunakan genset sebagai sumber daya. Namun setelah mendapatkan sambungan jaringan listrik kapasitas 197 kVa dari PLN, kini biaya operasional pabrik pun bisa lebih hemat dan ramah lingkungan karena tak lagi menimbulkan suara bising dari mesin genset atau diesel.
"Pertimbangannya kemarin karena kita kan sudah di tengah kota. Memang sudah ada rencana sebelumnya tapi belum disetujui. Sebenarnya dari dulu sudah mau dimanfaatkan. Tapi kan harus ada persetujuan pusat (kantor Pertani Pusat) dulu supaya dapat izin. Yang jelas sekarang jadi sangat hemat setelah pakai listrik. Lalu tidak bising, proses produksi pun bagus. Jadi banyak biaya yang terpangkas," ujarnya.
Namun yang dilakukan oleh Pertani belum dilakukan sepenuhnya oleh para pabrik penggiligan padi lainnya di Kabupaten Pinrang. Dari data 300 perusahaan penggilingan yang ada di Pinrang, baru 137 perusahaan penggilingan aktif maupun temporer yang beralih menggunakan listrik dalam proses produksi.
Padahal dengan adanya listrik yang dipasok oleh PLN, maka biaya operasional pabrik dapat lebih ditekan sehingga bisa menggerakkan perekonomian baru bagi masyarakat di Kabupaten Pinrang. Mesin penggilingan padi yang berbahan bakar listrik juga akan lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan mesin penggilingan diesel berbahan bakar solar.
Asisten Manajer Jaringan PLN Area Pinrang, Sudirman Tahir mengatakan, PLN siap menyalurkan jaringan listrik ke industri pengolahan beras yang ada di Pinrang jika dibutuhkan. Saat ini kapasitas listrik yang dimiliki PLN di wilayah Sulbagsel masih surplus sekitar 200 MW dan tak ada kendala dalam penyediaan jaringan.
"Kita tahu bahwa penggilingan padi di Pinrang adalah salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang cukup besar potensial pelanggannya. Namun kita lihat masih banyak penggunaan padi yang menggunakan genset. Inilah beberapa upaya kita lakukan seperti menghubungi asosiasi yang menaungi, salah satunya Perpadi. Ini yang kita gali seperti apa potensi-potensi itu," ucapnya.
"Beberapa masukan dari pengusaha penggilingan padi, salah satunya minta kemudahan dengan pola biaya penyambungannya bisa dicicil. Karena kita tahu untuk mengubah dari genset ke listrik, ini butuh investasi yang cukup besar, jadi biaya penyambungan cicil ini akan kita galakkan untuk membuat semangat perusahaan penggilingan ini mau beralih ke listrik," tutup. (eds/fdl)











































