HERO tercatat mengalami kerugian di 2017 sebesar Rp 191 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dengan 2016 yang pada saat itu perseroan mampu membukukan laba bersih Rp 121 miliar.
Presiden Direktur HERO Stephane Deutsch mengatakan kinerja buruk ini lantaran kinerja bisnis makanan yang menurun. Hal itu membuat penjualan HERO tercatat turun 5% dari Rp 13,6 triliun menjadi Rp 13 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penurunan penjualan pada bisnis makanan juga disertai dengan penyisihan untuk biaya one-off sebesar Rp 366 miliar, yang sebagian besar digunakan untuk penurunan nilai aset dan pembersihan persediaan (stock clearance) yang tidak berkualitas dan tidak cepat terjual. Hal itu berdampak negatif pada kinerja Perseroan secara keseluruhan.
Bisnis makanan HERO Group mengalami penurunan penjualan 7% menjadi Rp 10,8 triliun karena penjualan like-for-like yang negatif akibat melemahnya kinerja supermarket dan hypermarket. Perseroan mencatat kerugian operasional underlying sebesar Rp 434 miliar dibandingkan dengan laba Rp 91 miliar di tahun sebelumnya.
Meskipun bisnis makanan mengalami tantangan, bisnis Guardian dan IKEA memperlihatkan kinerja yang positif dan mampu mencatatkan pertumbuhan penjualan dan keuntungan yang meningkat.
Penjualan bisnis non-makanan HERO Group tumbuh 10% menjadi Rp 2,17 triliun, terutama didorong oleh pertumbuhan penjualan like-for-like pada bisnis IKEA dan Guardian. Laba usaha juga tumbuh 60% menjadi Rp 282 miliar.
Free cash flow atau arus kas bebas pada tahun berjalan HERO tercatat sebesar Rp 40 miliar dibandingkan arus kas pada tahun sebelumnya sebesar Rp 7 miliar. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya laba pada bisnis non-makanan dan modal kerja yang lebih baik.
Per 31 Desember 2017, Perseroan mencatatkan kas bersih mencapai Rp 226 miliar, meningkat bila dibandingkan dengan kas pada akhir tahun 2016 yang tercatat sebesar Rp 183 miliar. (zul/zul)











































