Maggot ini memiliki kandungan protein yang sangat tinggi, sehingga ternak seperti ikan maupun unggas yang diberi maggot pertumbuhannya lebih cepat bila dibandingkan dengan diberikan pakan biasa. Juga memiliki anti bodi tinggi sehingga unggas dan ikan tidak mudah terserang hama penyakit.
Di Ciamis sendiri, sebagian warganya menggantungkan hidupnya di peternakan ayam dan peternakan ikan. Dengan Maggot ini tentunya dapat menjadi solusi bagi para peternak untuk meningkatkan produksi, maupun menekan biaya pengeluaran pakan buatan yang saat ini terus mengalami kenaikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mulai mensosialisasikan Maggot ini sejak lima bulan lalu kepada masyarakat. Saat ini sudah mulai berjalan," ujar Bayu Rahmana Kabid Kebersihan Persampahan dan Pertamanan Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup Ciamis di lokasi Budidaya Maggot, Desa Handapherang, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (10/3/2018).
![]() |
Bayu menjelaskan pembudidayaan maggot ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang kaitannya dengan limbah. Di Ciamis sendiri limbah kerap menjadi persoalan, mulai dari limbah tahu, limbah peternakan, limbah tepung aren dan limbah rumah tangga. Terutama untuk mengatasi sampah organik ini bisa langsung oleh masyarakat ditempat, tidak diangkut untuk kemudian dibuang ke TPA.
Setelah melakukan studi banding ke ITB, solusinya dengan budidaya maggot. Dimana sampah organik ini selain untuk pupuk. Juga bisa dibusukan untuk menjadi makanan maggot.
"Dalam budidaya maggot ini memerlukan sampah organik dan limbah organik lainnya sebagai makanan bagi maggot itu sendiri," ujar Bayu.
Menurut Bayu, pertamakali budidaya Maggot ini pihaknya mengambil telur larva lalat dari Depok. Setelah dikembangbiakkan selama 22 hari bisa menghasilkan lalat 'tentara hitam'. Kemudian lalat tersebut hidup untuk kawin dan bertelur di tempat-tempat sempit yang telah disediakan, sampai kemudian mati.
"Jadi budidayanya sebagian dimanfaatkan untuk pakan ternak, sebagian lagi dikembangbiakkan. Lalat itu hidup hanya untuk kawin karena setelah bertelur lalat mati. Yang sudah mati itu masih bermanfaat untuk pakan juga," jelasnya.
Beberapa peternak ikan maupun unggas di Ciamis yang mulai membudidayakan maggot cukup banyak seperti di Pawindan, Panumbangan dan Banjaranyar. Meskipun pemanfaatannya baru hanya sebatas keperluan sendiri. Paling banyak penghasil maggot di wilayah Panumbangan, dalam sehari bisa menghasilkan 25 kilogram maggot.
Baca juga: Foto: Telur Lalat Tentara Hitam |
Budidaya maggot ini cukup mudah, cukup menyimpan telurnya di kolam-kolam kecil atau wadah berisi sampah organik yang membusuk, kemudian didiamkan selama sekitar 18 hari dan sudah siap dipanen. Bila untuk dikembangbiakkan dibiarkan selama sekitar 5 hari setelah menjadi kepongpong lalu menjadi lalat dewasa.
"Selain bisa diberikan langsung menjadi pakan ternak. Bisa juga diolah untuk menjadi pelet ataupun tepung maggot. Di Jawa Barat sendiri hanya ada beberapa daerah saja yang mengembangkan maggot seperti Sukabumi, Cianjur dan Depok," katanya.
Maggot ini juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Karena di pasaran harga 1 gram telor lalat tentara hitam harganya mencapai Rp 100 ribu, yang bisa menjadi 500 ekor lalat. Sedangkan untuk lalatnya saja dihitung per ekor harganya Rp 1.000.
"Target kami ke depan volume sampah berkurang setelah terkelola dengan baik oleh masyarakat. Perekonomian masyarakat meningkat. Juga bisa menekan biaya produksi para peternak terutama biaya untuk pakan," tutur Bayu. (ang/ang)