Jakarta -
212 Mart namanya. Angka tersebut tidak asing terdengar. Mundur ke belakang, tepatnya pada 2 Desember 2016 muncul gerakan aksi damai yang terdiri dari jutaan umat Islam. Dari sana lahir gerai ritel berbasis syariah yang sekarang dikenal 212 Mart.
"Iya, itu kan inisasi awalnya dari teman-teman yang ikut aksi 212, tapi kemudian kalau itu kan masuknya ranah politik ya," kata Sekretaris Umum Koperasi Syariah 212, Irfan Syauqi Beik kepada detikFinance, Senin (19/3/2018).
"Tapi kemudian teman-teman merasa gimana nih kalau kita salurkan juga energi kita untuk pengembangan ekonomi," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya tercetuslah Koperasi Syariah 212 pada 20 Januari 2017, yang pada gilirannya mendirikan gerai ritel 212 Mart.
Dipilihnya nama gerai ritel dengan mencatut angka 212 pun muncul dari kesepakatan antar anggota yang kala itu sudah bergabung.
"Berdasarkan kesepakatan ya, kan nama koperasi kita 212, jadi wajar namanya 212 Mart. Tidak ada tendesi politik ya, kan bicara masalah bisnis. Tapi brand 212 Mart lah yang memang jadi dasar munculnya komunitas," paparnya.
Minimarket yang seperti apa sih 212 Mart itu?
Gerai 212 Mart kini berkembang biak hingga jumlahnya mencapai 104 dan tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia.
"Sampai hari ini sudah 104 gerai. Jabodetabek memang paling besar, juga termasuk di luar Jabodetabek seperti di Solo, Palembang, ada Bangka Belitung, di Medan. Beberapa tempat," kata Sekretaris Umum Koperasi Syariah 212, Irfan Syauqi Beik.
Dia mengatakan saat ini paling banyak memang tersebar di Jabodetabek. Akan tetapi di luar daerah itu, gerai 212 Mart pun terus tumbuh. Targetnya pada tahun ini jumlahnya berlipat ganda menjadi minimal 200 gerai, dan maksimal 250 gerai.
"Kita sembilan bulan sudah 100 gerai. Akhir 2018 target kita 200-250, total gerai. Target yang menurut saya realistis adalah 200 gerai tahun ini. Kan sekarang sudah 104. Artinya tinggal 100 lagi lah paling nggak sampai akhir tahun," lanjutnya.
Koperasi Syariah 212 juga memberi peluang bagi siapa saja untuk berbisnis ritel berbasis syariah, yaitu melalui franchise alias waralaba. Bagaimana caranya?
"Pertama tidak bisa pribadi ya, tidak bisa 1-2 orang, tapi basisnya harus komunitas. Kemudian kedua harus jadi anggota kita dulu, jadi anggota koperasi dulu mendaftar secara online di www.koperasisyariah212.co.id," kata Sekretaris Umum Koperasi Syariah 212, Irfan Syauqi Beik.
"Kemudian ajukan proposalnya karena kita ada beberapa tipe dari 212 Mart, tergantung size atau ukurannya. Saya kira di mana-mana ada tipe-tipenya. Nanti ada harga-harganya. Nanti kita sepakati saja mau tipe yang mana," sambungnya.
Jumlah minimal anggota yang tergabung untuk bisa mendirikan franchise 212 Mart adalah berjumlah 100 orang, dan boleh lebih dari itu.
"Berikutnya karena kita aspek kebersamaan, keberjamaahan menjadi penting. Kemudian setiap pendirian gerai 212 Mart ini, itu harus diinisasi dan dikelola oleh komunitas Koperasi Syariah 212 yang didirikan minimal 100 orang anggota," sebutnya.
Sekretaris Umum Koperasi Syariah 212, Irfan Syauqi Beik menyampaikan pihaknya tak bisa menjanjikan jika membuka gerai 212 Mart pasti untung. Yang namanya risiko berbisnis pasti ada.
"Namanya bisnis kan bisa untung bisa rugi ya. Nggak ada yang bisa jamin bisa untung terus. Kita hanya berusaha semaksimal mungkin supaya untung," katanya.
Tapi, dari 104 gerai 212 Mart yang sudah ada saat ini, disebutnya tumbuh positif. Bisa dibilang semuanya menunjukkan pertumbuhan, alias untung.
"Dari praktik yang sudah ada sih so far positif ya. Sejauh ini positif. Artinya omzet itu meningkat terus dari waktu ke waktu. Setiap bulan dengan peningkatan 20-30%. Jadi artinya itu kan menunjukkan gairah atau semangat untuk bisnis ya," ujarnya.
Tapi keuntungan tersebut tidak datang secara otomatis. Ada usaha yang mesti dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari membuka gerai 212 Mart ini.
Sekretaris Umum Koperasi Syariah 212, Irfan Syauqi Beik menyampaikan saat ini pembeli tetap produk-produk yang dijual di 212 Mart adalah anggota mereka yang tergabung di Koperasi Syariah 212.
"Dengan basis komunitas supaya kita punya captive market yang memang bisa menjamin perputaran barang dan uang ada di gerai tersebut. Kan intinya kalau jualan ada yang beli. Nah minimal ada pembeli minimal lah para anggota," katanya.
Tapi tak puas sampai di situ. Untuk bisa tumbuh subur tentunya butuh menjaring lebih banyak konsumen. Maka kalangan umum harus dirangkul.
"Kalau bisa para anggota ini bisa menjadi semacam sales untuk kemudian menawarkan kepada tetangga-tetangganya, sehingga dengan hubungan ketetanggaan, hubungan keakraban yang muncul juga, ini kan bisa menarik masyarakat selain anggota komunitas 212 ini untuk kemudian-menjadi pembeli, customer di wilayah-wilayah kita," terangnya.
Gerai ritel 212 Mart mencetuskan diri sebagai toko modern berbasis syariah. Apa bedanya dengan minimarket lain?
"Bedanya produknya halal. Jadi nggak mungkin akan menemukan minuman keras atau rokok misalnya. Karena rokok kan difatwakan haram oleh MUI. Jadi kita ikut apa kata MUI," kata Sekretaris Umum Koperasi Syariah 212, Irfan Syauqi Beik.
Dirinya menjamin di 212 Mart masyarakat tidak akan menemukan produk-produk yang tidak diakui halal oleh MUI.
"Nggak akan bisa ketemu-ketemu produk begitu di 212 Mart. Itu sudah komitmen, bagian dari SOP kita, bagian dari kesepakatan internal. Jadi yang kita jual produk halal," lanjutnya.
Kemudian perbedaan kedua dari 212 Mart dengan gerai ritel modern lainnya ialah saat masuk waktu solat. Saat tiba waktu solat, gerai tersebut akan berhenti beraktivitas sejenak.
Halaman Selanjutnya
Halaman