AS Tabuh Genderang Perang Dagang, China Melawan

AS Tabuh Genderang Perang Dagang, China Melawan

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 24 Mar 2018 10:14 WIB
AS Tabuh Genderang Perang Dagang, China Melawan
Foto: Reuters
Jakarta - Amerika Serikat (AS) mengenakan tarif impor untuk sejumlah barang dari China. Hal ini dilakukan karena AS merasa dirugikan akibat defisit perdagangan yang terjadi dan kerugian penyalahgunaan kekayaan intelektual oleh China.

Mengutip CNN, penyelidikan menyimpulkan China telah memaksa perusahaan AS untuk menyerahkan kekayaan intelektual mereka melalui serangkaian kebijakan struktural oleh negara. Seperti persyaratan jika perusahaan asing harus bermitra dengan perusahaan China untuk mengakses pasar China.

Selain itu ada hasil penyelidikan yang menyebutkan jika China telah mencuri kekayaan intelektual dengan meretas jaringan komputer AS. Akibat pencurian tersebut AS mengaku dirugikan ratusan miliar dolar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibat pengenaan tarif impor tersebut, China juga tak tinggal diam. Negeri tirai bambu itu juga memberlakukan tarif impor untuk sejumlah produk dari AS. Simak perjalanan perang dagang AS-China berikut ini
Presiden Amerika (AS) Donald Trump meluncurkan 'serangan' terhadap China. Trump meminta departemen perdagangan AS untuk mengenakan tarif impor sebesar US$ 50-US$ 60 miliar untuk sejumlah produk China yang masuk ke AS.

Ini dilakukan Trump setelah keluarnya hasil investigasi selama tujuh bulan terkait penyalahgunaan kekayaan intelektual oleh China.

Selain pengenaan tarif impor, AS juga berencana untuk membatasi investasi dan mengambil tindakan untuk China di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization).

"Pencurian kekayaan intelektual adalah masalah yang luar biasa," kata Trump dikutip dari CNN, Jumat (23/3/2018).

Akibat memanasnya kondisi kedua negara, dikhawatirkan perang dagang ini akan mengguncang ekonomi global. Pada Kamis, Trump telah menandatangani sebuah kesepakatan tindakan dagang untuk AS yang berlandaskan pada pasal 301 dari Undang-undang (UU) Perdagangan 1974.

Sebelumnya, Trump sangat menyesalkan defisit ratusan miliar dolar AS antara AS dan China.
"Mereka (China) banyak membantu kami di Korea Utara. Namun kami memiliki defisit perdagangan yang besar dan terbesar dalam sejarah dunia," ujar Trump.

Perwakilan perdagangan AS Robert Lightizer menjelaskan pemberlakuan tarif impor untuk sejumlah produk adalah tindakan yang sangat penting untuk masa depan AS.

"Kami harus memberlakukan tarif yang sesuai, ini sangat penting untuk masa depan industri di negara ini," kata dia.

Perdana Menteri China Li Keqiang menjelaskan perang dagang ini tidak akan menghasilkan apapun. "Perang dagang tidak ada gunanya untuk siapapun, tidak akan ada pemenang," kata Li dalam jumpa pers di Beijing.

Tak mau kalah, China juga mengenakan biaya impor untuk sejumlah barang dari Amerika Serikat. Nantinya akan ada 120 barang impor dari AS yang tarifnya akan dinaikkan. Mulai dari kacang dan anggur. Tarifnya sekitar 15% hingga 25%.

Kementerian Perdagangan China menjelaskan pengenaan tarif impor juga berlaku untuk sejumlah produk olahan AS mulai dari babi hingga pipa baja.

"Kami juga menerapkan tarif impor untuk sejumlah produk AS. Ini untuk menyeimbangkan kerugian yang dialami akibat pengenaan tarif impor produk baja dan aluminium China oleh AS," ujar Kementerian Perdagangan China dalam keterangan tertulis, dikutip dari CNN.

Selain itu kebijakan ini juga untuk merespon kebijakan Trump yang menaikkan tarif impor untuk China dan menyusul penyelidikan dugaan penyalahgunaan kekayaan intelektual.

Selain tarif impor, AS juga memiliki rencana untuk pembatasan investasi baru dan tindakan di World Trade Organization (WTO).

China akan menempuh langkah selanjutnya sesuai dengan kebijakan WTO demi menjaga stabilitas perdagangan global. Namun China masih mengharapkan masalah ini bisa selesai melalui dialog antar kedua negara.

Mengutip CNN Money, perang dagang ini terus berlanjuta maka akan ada sejumlah perusahaan seperti Apple, Boeing, Intel dan perusahaan multinasional lain yang masuk indeks Dow dan S & P 500 akan terdampak, pasalnya geliat bisnis mereka sangat besar di China.

Seperti Apple (AAPL) di China mengantongi pendapatan US$ 18 miliar dan China menguasai 20% penjualannya di dunia.

Boeing memiliki pendapatan US$ 12 miliar atau 13% dari keseluruhan pendapatan perusahaan.
Intel perusahaan chip raksasa (INTC), perusahaan semikonduktor Texas Instruments (TXN), Nvidia (NVDA), Micron (MU) dan Qualcomm (QCOM) sangat besar di China berkat pabrik manufaktur dan banyak perusahaan teknologi di China menggunakan prosesor buatan mereka.

Trump mengusulkan untuk mengambilalih Qualcomm, namun ini menambah ketegangan geopolitik kedua negara.

Pertumbuhan kelas menengah di China sebenarnya turut mendorong perusahaan-perusahaa AS lainya.

General Motors (GM) mengungkapkan tahun ini perusahaan telah menjual lebih dari 4 juta kendaraan. Ini didorong permintaan merek Cadillac dan Buick di China.

Starbucks (SBUX) di China mengantongi pendapatan 14% dari total keseluruhan. Penjualan tumbuh lebih cepat dibandingkan pasar AS dan pasar negara maju lainnya.

Kasino di Las Vegas juga bisa terganggu jika China benar-benar melakukan pembalasan akibat perang dagang yang dicetuskan Trump.

Jadi meskipun Trump berupaya untuk melindungi pekerja Amerika dari pesaing China. Namun banyak perusahaan AS yang akan kehilangan pasar di negara tirai bambu tersebut.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution meminta masyarakat tak perlu pusing dengan perang dagang Amerika Serikat-China.

"Kenapa jadi pusing? Biar saja dia perang dagang. Itu adalah kelanjutan kebijakan yang lalu ya. Jadi kita imbasnya nggak selalu negatif. Bisa saja ada positifnya, di satu pihak dilihat dari kepentingan pemakai atau konsumen mungkin dapat barang lebih murah tapi dari kepentingan produsen dapat saingan yang menyusahkan," katanya di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta.

Menurut dia ada dampak positif untuk Indonesia akibat perang dagang ini.

"Positifnya, kalau barang-barang yang tadinya dijual ke sana di bawa ke sini dengan harga yang lebih rendah pemakai kita dampak positif, tapi pengusaha yang menghasilkan barang yang sama mendapat saingan yang lebih ketat," sambung Darmin.

Darmin menambahkan dampak perang dagang AS-China tak akan langsung dirasakan Indonesia.

"Ada (dampak) tapi berikutnya. Sekarang tidak langsung. Tetapi, yang pertama-tama mengalami dampaknya mereka berdua, orang mereka yang mengambil langkah," jelasnya.

Hide Ads