Jakarta -
Permasalahan air di Jakarta kerap luput dari perhatian. Padahal, kebutuhan air di Jakarta sangat tinggi namun tidak sebanding dengan pasokan yang tersedia.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro bahkan menyebut, kondisi air di Jakarta defisit.
"Orang masih saja mengira air tersedia di mana-mana dan
supply-nya banyak. Padahal tidak di Jakarta misalnya, itu gawat sekali sekarang kebutuhan 28 kubik tapi suplainya hanya 18, jadi defisit," kata Bambang dalam pembukaan Forum Konsultasi Publik (FKP) di Kantor Bappenas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini menyebabkan masyarakat memilih gali sumur untuk memenuhi kebutuhan air. Namun, ini mengkhawatirkan karena akan merusak lingkungan. Bagaimana mengatasi masalah tersebut? Bisakah Jakarta lepas dari krisis air?
Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Imam Santoso membenarkan kondisi air di Jakarta tersebut."Iya (krisis air)," kata dia di sela-sela Hari Air Dunia XXVI di Jakarta, Minggu (25/3/2018).
Dia mengatakan, Jakarta memiliki penduduk sekitar 12 juta. Dari jumlah tersebut, baru 60% yang mendapat akses air PDAM yang merupakan air bersih. Hal ini memperkuat kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Di mana, meski orang mengira air tersedia di mana-mana namun Jakarta kekurangan pasokan air.
"Jakarta itu penduduknya sekitar 12 juta, kita butuh air sangat banyak. Saat ini baru 60% airnya di-supply dari air PDAM, air bersih. Tapi sisanya kan diambil dari air tanah," kata dia.
Imam menambahkan, sebagian masyarakat masih tergantung air tanah karena minimnya sumber air baku namun jaringan. Sebab itu, pemerintah tak bisa menyetop pemanfaatan air tanah sementara ini.
"Kita tidak bisa menyetop masyarakat, 'enggak boleh ambil air', mereka butuh air kok," ujar dia.
Dia menambahkan, pemanfaatan air tanah sendiri memicu penurunan muka tanah. Sebab itu, pemerintah tengah mengupayakan tambahan sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air di Jakarta. Di antaranya, dari Waduk Jatiluhur di Jawa Barat dan Karian di Banten.
"Kita berharap kebutuhan air baku di Jakarta bisa terpenuhi," ujar dia.
Imam Santoso mengatakan, pemerintah tengah menyiapkan beberapa infrastruktur untuk memenuhi kekurangan pasokan air tersebut. Salah satunya ialah penambahan kapasitas air dari Waduk Jatilihur. Pemerintah tengah membangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jatiluhur yang terbagi dalam 2 tahap. Tahap pertama SPAM Jatiluhur memiliki kapasitas 4.000 liter per detik dan tahap kedua 5.000 liter per detik.
"Kalau yang Jatiluhur state 1 dan 2 sudah kita laksanakan," kata dia.
Tak hanya itu, dia mengatakan, pemerintah sedang mengupayakan adanya sumber air baku baru yakni dari Waduk Karian di Banten. Nantinya, SPAM Karian akan memasok 3.200 liter per detik.
"Yang Bendungan Karian akan jadi (tahun) 2020. Tambah setahun lagi, sekitar 2022 sudah ada jaringan selesai. Kemudian ada distribusi sekitar 2023," paparnya.
Dengan jumlah penduduk saat ini, dia bilang, 100% kebutuhan air masyarakat Jakarta akan terpenuhi. Namun, pihaknya tak menjamin hingga tahun 2023 mendatang lantaran jumlah penduduk semakin bertambah.
"Tapi kan susah, masyarakat kan tambah terus. 2023 kan penduduknya tambah terus," tutup dia.
Halaman Selanjutnya
Halaman