Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengatakan, tarif tol kemudian terasa mahal saat dibayar lantaran kini panjang tol yang dilalui tergolong panjang, sehingga jika dikalikan dengan biaya per kilometernya terasa mahal. Terutama jika tarif yang diberlakukan untuk kendaraan angkutan logistik atau golongan II ke atas.
"Karena kan kita tadinya tidak terbiasa lewat tol dengan perjalanan yang panjang. Dulu kan pendek-pendek, jadi ketika dikalikan tarif, angkanya nggak terlalu besar. Jadi ketika panjangnya sampai 100 (km), ya terasa," katanya kepada detikFinance saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (26/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ke depan, akan ada ruas-ruas Trans Jawa lainnya yang akan beroperasi pada tahun ini, seperti Pemalang-Batang (39,2 km), Batang-Semarang (75 km), hingga Solo-Ngawi (90 km) dan Ngawi-Kertosono (86 km).
"Kalau yang dikeluhkan memang Trans Jawa, yang baru-baru beroperasi itu," ujar Herry.
Dengan tarif yang mahal dan panjang perjalanan yang lebih jauh itu, maka pemerintah menyiasatinya dengan memperpanjang konsesi jalan tol agar tarif bisa diturunkan. Golongan kendaraan pun dirasionalisasi atau disederhanakan sehingga penyederhanaan tarif bisa terasa hingga ke kendaraan angkutan logistik.
"Hasil yang kemarin kan memang ada suara yang menyampaikan bahwa tarif yang sekarang relatif mahal, terutama yang baru-baru. Memang iya, sekarang kan sudah Rp 1.000 per km, terus panjang lagi. Biasanya kan tolnya cuma pendek. Sehingga karena tarif tol itu dikali panjangnya, sehingga jadi mahal," ucap Herry.