Sebelumnya Idris mengaku sebagai petani sawit di lahan miliknya seluas 1 hektare. Dan sejak 2012 lalu, ia beralih menanam cabai. Dalam sekali tanam, Idris mengatakan bisa memanen hingga 1 ton cabai.
"Sebelum gabung kami petani sawit cuma karena semakin tinggi, maksimal itu 25 tahun, ambil buahnya susah dan berisiko," ujar Idris kepada detikFinance, Kamis (3/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lebih enak petani cabai. Hasilnya lebih tinggi karena kalau sawit 2 kali sebulan. Kalau cabai sampai maksimal tiga bulan sepuluh hari. Penghasilan bersih Rp 20 juta per bulan. Penghasilan kotor Rp 25 juta per bulan. Jadi lebih santai, tapi penghasilannya juga lebih menjanjikan," imbuh dia.
Idiris mengaku mendapatkan bantuan bibit, pupuk, dan kompos, yang berasal dari BUMDes. Dari bantuan tersebut ia mendapatkan 150 kg pupuk dan 4 bungkus bibit cabai yang setiap bungkusnya bisa menghasilkan 2 ribu batang bibit.
Peralihan dari petani sawit ke cabai pun tak terlalu sulit dilakukan. Sebab, kata dia, sudah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh BUMDes setempat dan juga PT Wirakarya Sakti.
Idris merupakan salah satu anggota petani dari kelompok tani Karya Makmur yang merupakan binaan dari PT Wirakarya Sakti sebagai anak usaha dari Asia Pulp and Paper Sinar Mas dalam program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
Lepas dari pekerjaannya sebagai petani sawit. Idris mengaku ia dan warga sekitar tak pernah lagi membakar lahan yang biasanya digunakan untuk menanam sawit.
Dulunya sih iya seprti itu sebelum bekerja dengan DMPA. Kami juga prihatin karena di sekitar masyarakat itu menggunakan api. Sehingga dengan adanya DMPA ini alhamdulillah desa kita sudah aman dari api," pungkasnya.
(nwy/hns)