Pensiun Tanam Sawit, Petani Cabai Ini Raup Rp 20 Juta/Bulan

Pensiun Tanam Sawit, Petani Cabai Ini Raup Rp 20 Juta/Bulan

Moch Prima Fauzi - detikFinance
Jumat, 04 Mei 2018 12:10 WIB
Foto: Petani cabai bernama M Idris (Moch Prima Fauzi/detikcom)
Jambi - Muhammad Idris, petani dari Desa Mancolok, Kecamatan Mendahara Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, telah pensiun dari pekerjaannya sebagai petani sawit. Sebagai gantinya kini ia menjadi petani cabai yang meraup untung sebesar Rp 20 juta per bulan.

Sebelumnya Idris mengaku sebagai petani sawit di lahan miliknya seluas 1 hektare. Dan sejak 2012 lalu, ia beralih menanam cabai. Dalam sekali tanam, Idris mengatakan bisa memanen hingga 1 ton cabai.

"Sebelum gabung kami petani sawit cuma karena semakin tinggi, maksimal itu 25 tahun, ambil buahnya susah dan berisiko," ujar Idris kepada detikFinance, Kamis (3/5/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain karena faktor risiko, menanam cabai juga lebih menguntungkan ketimbang sawit. Idris mengatakan sebelumnya dia hanya bisa mengantongi penghasilan kotor Rp 3 juta dari dua kali memanen sawit dalam sebulan. Sedangkan penghasilan bersih dari cabai bisa mencapai Rp 20 juta per bulan.

"Lebih enak petani cabai. Hasilnya lebih tinggi karena kalau sawit 2 kali sebulan. Kalau cabai sampai maksimal tiga bulan sepuluh hari. Penghasilan bersih Rp 20 juta per bulan. Penghasilan kotor Rp 25 juta per bulan. Jadi lebih santai, tapi penghasilannya juga lebih menjanjikan," imbuh dia.

Idiris mengaku mendapatkan bantuan bibit, pupuk, dan kompos, yang berasal dari BUMDes. Dari bantuan tersebut ia mendapatkan 150 kg pupuk dan 4 bungkus bibit cabai yang setiap bungkusnya bisa menghasilkan 2 ribu batang bibit.

Peralihan dari petani sawit ke cabai pun tak terlalu sulit dilakukan. Sebab, kata dia, sudah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh BUMDes setempat dan juga PT Wirakarya Sakti.

Idris merupakan salah satu anggota petani dari kelompok tani Karya Makmur yang merupakan binaan dari PT Wirakarya Sakti sebagai anak usaha dari Asia Pulp and Paper Sinar Mas dalam program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).

Lepas dari pekerjaannya sebagai petani sawit. Idris mengaku ia dan warga sekitar tak pernah lagi membakar lahan yang biasanya digunakan untuk menanam sawit.

Dulunya sih iya seprti itu sebelum bekerja dengan DMPA. Kami juga prihatin karena di sekitar masyarakat itu menggunakan api. Sehingga dengan adanya DMPA ini alhamdulillah desa kita sudah aman dari api," pungkasnya.

(nwy/hns)

Hide Ads